Jejak digital pasif merupakan jejak yang tidak sengaja ditinggalkan seperti rekaman linimasa Google Maps. Segala tujuan, rute, maupun titik-titik yang dikunjungi, terekam oleh Google Maps. Perekaman tujuan maupun rute dilakukan tanpa ada tindakan aktif si pemilik jejak digital.
Google Maps mampu merekam jejak terutama bagi segala gawai pintar yang memasang aplikasi tersebut dengan mengaktifkan fitur GPS.
Sayangnya, dalam laporan yang dirilis Quartz, Google dikatakan tetap mengumpulkan data lokasi meskipun fitur lokasi atau GPS dimatikan pemiliknya.
Sementara itu jejak digital aktif merupakan segala jejak digital yang tercipta atas peran aktif si pengguna. Ini misalnya termuat dalam segala unggahan atau pembaruan status di media sosial. Serta segala surel yang dikirim pemilik jejak digital. Dengan sadar mereka menciptakan jejak digitalnya sendiri.
Bom ranjau digital yang sudah kita tanamkan akan meledak terutama jika ada pihak-pihak tertentu yang menargetkan si pemilik jejak digital.
Gwenn Schurgin O'Keeffe dalam jurnalnya berjudul "The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families" menyebut, Â meskipun jejak digital memiliki risiko yang berbahaya, pemilik umumnya tak menyadari.
Ia mengatakan, ada anggapan "apa yang terjadi di ranah online, hanya ada di dunia itu" oleh para pemilik jejak digital. Kita bahkan dengan ramah membiarkan mereka mencuri semua data pribadi kita, ketika mengunduh sebuah aplikasi apa saja. Untuk kemudian dimanfaatkan atau dijual ke pihak tak bertanggung jawab.
Lebih dari mozaik sejarah, kualitas dan moralitas seseorang dapat ditilik dari apa yang sudah mereka bagi. Keluh kesah, kegembiraan, caci maki, kepura-puraan, remeh temeh, narsistis, nasihat, motivasi atau kata-kata kotor yang pernah kita posting mencerminkan sebuah persona yang kita citrakan - jika tidak dihapus - akan tertanam selamanya serta dapat diakses siapa saja. Menjadi sejarah tentang kita.Â
Para eksibisionis boleh insaf, namun jejak digital mereka yang tanpa busana dan adegan-adegan mesum yang terekam nyaris abadi dan menjadi koleksi pribadi siapa saja di bumi selain menjadi aib sepanjang zaman.
Pembicaraan dalam kelambu atau ruang privat segera masuk ke ruang publik ketika sepasang suami istri secara menggelikan berkelahi di sosmed untuk disaksikan siapa saja.
Keluar dari jejak digital individu, sampah-sampah digital berisi kebohongan yang dipaksakan sebagai realitas juga meninggalkan jejak-jejak berbahaya bagi generasi penerus.