Keberanian pemimpin Argentina dari segala bentuk ancaman ternyata berhasil membawa keadilan bagi rakyatnya. Utang yang selama ini dirancang untuk membangkrutkan perekonomian negara seperti John Perkins akui ternyata dapat dimenangkan oleh rakyat Argentina. Baik utang korup dan manipulatif dari Utang Luar Negeri maupun utang dalam negeri yang diciptakan dari utang swasta jelas adalah utang najis (odious debt).
Rakyat tidak merasakan utang tersebut kecuali segelintir orang dan korporasi. Mengapa rakyat harus membayarnya? Mengapa para pemimpin kita justru dengan sangat setia membayar utang tersebut dengan cara meningkatkan utang luar negeri, mengurangi subsidi, serta terus menambah utang dalam negeri? Â Ratusan bahkan triliuan rupiah uang rakyat telah digunakan untuk membayar jebakan utang najis (odious debt trap).
Kesempatan besar bangsa Indonesia untuk menghapus sebagian utang najisnya pada tahun 2005 lalu tidak dimanfaatkan oleh pemimpin negeri ini. Dalam sidang CGI 19-20 Januari 2005, Soesilo Bambang Yudhoyono menolak tawaran  ekstra  dari Paris Club untuk memoratorium dan memotong utang Indonesia, yang mana kurang lebih 30% utang luar negeri Indonesia adalah utang najis. Alasannya hanya satu, gengsi disebut miskin. Karena demi penghapusan utang itu, Bank Dunia akan mengategorikan Indonesia sebagai severely indebted low income country (SILIC). ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H