****
John Perkins telah membuat pengakuan dosa. Dalam bukunya “Confession of Economic Hitman” ia menyatakan bahwa korporasi Amerika melalui Economic Hitman yang diback up CIA telah lama menjadikan negara-negara dunia ketiga yang memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) sebagai target “perampokan” dan “susu perahan utang”.
Di era 1960 - an, para Economic Hitman mendatangi negara seperti Equator, Indonesia, Panama, Uruguay, Iran, Argentina, Brazil, Chili, dan negara-negara yang kaya dengan SDA lainnya.
Seperti pengakuan Perkins, tugas ia yang pertama kali adalah menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk korporasi Amerika. John Perkins bekerja di MAIN, sebuah perusahaan konsultan yang populer di dekade 1960 hingga 1980 - an bagi korporasi Amerika seperti Bechtel, Halliburton, Stone & Webster, dan lainnya.
“Pekerjaan yang paling utama kami sebagai Economic Hitman adalah: membangun imperium global (global empire). Grup elit kami terdiri dari pria wanita yang memanfaatkan organisasi keuangan internasional untuk menjadikan negara-negara lain seperti Indonesia sebagai negeri jajahan atau pelayan korpotokrasi dari perusahaan-perusahaan kami, pemerintah kami, dan bank-bank kami,” paparnya.
Seperti para mafia, Economic Hitman berpura-pura menjadi pihak baik yang bermurah hati dengan memfasilitasi pinjaman melalui bank rekanan MAIN untuk membangun infrastruktur, pembangkit listrik, jalan raya, pelabuhan, bandara, atau kawasan industri.
Namun, semua pinjaman proyek tersebut memiliki syarat bahwa perusahaan rekayasa dan konstruksi untuk mengerjakan semua proyek tersebut haruslah berasal dari AS.
Intinya, sebagian besar uang pinjaman tersebut tidak pernah keluar dari AS, sebuah mekanisme sederhana di mana uang tersebut hanya berpindah dari kantor kas Bank di Washington ke kantor bidang rekayasa di New York, Houston atau San Fransico.
****
Di mata kapitalis dunia, Indonesia sangat seksi juga genit. Selain sumber daya alam yang masih bisa dikeruk, Indonesia dengan populasi konsumtif terbesar kelima dunia, sekaligus pasar besar atas produk apapun. Dua gigantis AS dan China masih sangat berhasrat terhadap bumi Indonesia. Setelah AS menghisap sumur minyak dan meruntuhkan gunung emas di Papua, kini China pula melirik Ladang Gas Tangguh di Teluk Bentini, Papua Barat, di samping merancang sejumlah proyek infrastruktur dengan memobilisasi buruh kasar dari negara mereka.
Episode Indonesia sulit diprediksi secara optimistik. Kita hanya bisa menyelipkan doa – doa pada setiap sembahyang agar komponen bangsa ini tetap utuh. Sanggupkah pemimpin bangsa ini lepas dan cengkeraman konspirasi global dengan cara membanggakan? Sebagai sumber inspirasi mari kita baca kembali kisah sukses Argentina sehingga lepas dari jeratan utang.
Dapat dibayangkan bagaimana kondisi perekonomian Argentina pasca dua tahun krisis. Inflasi yang tinggi, modal yang lari, utang yang besar, pengangguran tinggi, stagnansi pertumbuhan ekonomi (bahkan stagflasi) serta ketergantungan asing yang masih tinggi. Semua kehancuran ekonomi rupanya dapat bangkit dan bahkan tumbuh berjalan dengan cepat pasca terpilihnya Néstor Kirchner.
Kirchner merupakan sosok anti program IMF karena menganggap lembaga ini bersama lembaga keuangan lain telah menyebabkan kehancuran negara-negara kaya di Amerika Latin.
Dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan revolusioner dalam hukum, perpajakan dan ekonomi kerakyatan, Sang Presiden mampu membawa cepat kebangkitan ekonomi Argentina. Dari stagflasi di tahun 2001-2002, Argentina di bawah Kirchner rupanya mampu mengubah situasi sosio-ekonomik dan ekonomi terus tumbuh dengan angka rata-rata mencapai 9% selama kurun 2003-2007.