Mohon tunggu...
muhammad nizar
muhammad nizar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Jokowi-JK adalah kita?

6 Juli 2014   21:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:14 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah dengan memilih Jokowi, orang Islam akan masuk neraka? Apakah dengan memilih prabowo, orang Islam akan masuk surga? atau vice versa? Masuk surga atau neraka hanya amal ibadah kita yang menentukan. dan itu caranya banyak sekali, tidak termasuk menebar fitnah saya rasa.

Jadi dalam konteks agama Islam, pertarungan kedua capres ini tidak relevan lagi. Karena kedua sama-sama mempunyai tokoh non muslim di kubunya.

Pengalaman memimpin

Jokowi dalam ejekan haters-nya dianggap memimpin Solo dan jakarta tidak becus. Apalagi memimpin Indonesia yang besar ini. Yang cocok adalah calon sebelahnya. Lah yang bener aja, calon sebelah setahu saya tidak pernah memimpin teritorial (wilayah) apapun. Tidak pernah jadi Danramil, tidak pernah jadi Dandim, jadi Danrem juga enggak, apalagi jadi Pangdam. Seumur karirnya cuma memimpin pasukan elit, kopassus dan kostrad. Memimpin pasukan juga hebat tetapi karakteristiknya sangat jauh berbeda.

Jokowi juga dianggap mengabaikan tugas sebagai gub DKI sebelum masanya berakhir. Lha Prabowo juga begitu, tidak lagi menjadi TNI sebelum masa tugasnya berakhir. Soal kenapa berhenti, cari tahu sendiri lah...

Di tentara, titah komandan adalah "ayat suci" yang harus dijalankan anak buah. Jika membangkang, maka anak buah bisa ditabok, dipenjara atau ditembak kalau perlu. Sistem komando, tidak memberi ruang anak buah untuk membantah, makanya memimpin militer relatif lebih mudah menurut saya karena tingkat kepatuhan anak buah yang tinggi.

Bagaimana dengan sipil atau pemerintahan? Perintah A dari pimpinan bisa jadi A besar, bisa jadi a kecil, bisa jadi A minus dan sebagainya. Dibantah juga bisa kalau perlu, tinggal cari alasan saja. Tidak ada sistem komando dalam sipil, semua aspirasi harus ditampung. Tidak bisa bertindak semau pimpinan saja, ada sederet aturan yang harus dipenuhi. Makanya tingkat kesulitannya pun lebih tinggi. dan banyak yang gagal di sipil.

Jokowi relatif berhasil memimpin daerah, setidaknya menurut warga Solo yang memilihnya dua kali dan warga DKI yang memilihnya sekali (walau sebagian pemilihnya merasa tertipu hehehhe..).

Pendukung

Pendukung kedua belah pihak sama saja menurut saya. Ada yang sopan, ada yang kasar, ada yang asal bela, ada yang argumentatif. Biasanya dukungan diberikan seseorang sesua dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang calonnya, pengalaman pribadi terkait capres dan pengalaman hidup barangkali. Ini yang membentuk preferensi seseorang. NAmun ada seorang pendukung Jokowi di FB saya yang lumayan saya kagumi. Dia mau meladeni pendukung bonek capres sebelah, tetap dengan santun dan berdasarkan argumen jernih. Ia yang walaupun sebenarny tidak mendukung jokowi, namun punya pengalaman hidup yang tidak mengenakan dengan perusahaan milik prabowo. Ia juga merasa diantara kedua calon yang sama lemahnya, ia lebih cenderung memilih jokowi untuk menyelamatkan bangsa ini.

Dalam sebuah riset, ntah siapa yg buat saya lupa, PDI-P kebagian disebut sebagai partai yang paling korupsi. Mungkin saja, ini soal metodologi saya rasa. Tapi partai lain, bukan ga banyak. Sebut saja demokrat (ketua Umumnya), PPP (ketua umumnya), PKS (ini yang membuat saya mati kutu, ketua umumnya juga). Mereka semua bergabung bersatu membela mantan danjen kopassus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun