“Maukah kamu pergi ke danau bersamaku ?” Ajak El kepada Zalia
“Kedengarannya asik, baiklah, aku bersiap dulu,” Balas Zalia
Mereka pun jalan menuju danau tersebut. Danau itu letaknya memang tidak jauh dari pusat kerajaan, jadi mereka hanya berjalan santai dan tidak perlu menunggangi kuda. Di sepanjang jalan, mereka melihat ada banyak warga bercanda tawa bahagia seakan tak pernah ada rasa sakit yang menghinggapi kehidupan mereka.
Akhirnya mereka tiba di danau. Menurut masyarakat sekitar, danau itu bernama danau cinta. Masih menurut masyarakat, siapapun pasangan yang menyatakan cintanya di danau itu maka, hubungan mereka hanya akan berakhir ketika ajal menjemput.
“Apa kamu melihat danau yang damai itu ?” Tanya El.
“Iya, aku melihatnya sangat tenang dan terasa damai,” jawab Zalia.
“Kedamaian seperti itulah yang aku rasakan ketika bersamamu,” kata El seraya memegang tangan dan menatap kedua mata Zalia.
“Kenapa bisa seperti itu ?, Apa aku istimewa bagimu ?” balas Zalia dengan senyum manisnya.
Tiba tiba terdengar suara ledakan di pintu gerbang utama kerajaan Tavia. Penjaga gerbang yang berhasil selamat dari ledakan tersebut pun berlari menuju markas utama. Ia melaporkan bahwa kerajaan Dungra telah mengkhianati kesepakatan yang telah dibuat dan menyerang kerajaan Tavia.
“Lihat itu adalah anak yang diperintahkan Yang Mulia Raja Dunke untuk kita tangkap” bisik salahsatu prajurit kepada komandan Dohard
Dohard adalah salah satu komandan pasukan milik kerajaan Dunke. Dohard terkenal dengan keahliannya dalam memanah. Raja Dunke bahkan menjuluki dia sebagai Sang Pemanah Langit.