Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Apa Salahnya Ayah Mengasuh Anak?

14 November 2022   15:32 Diperbarui: 15 November 2022   11:48 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting | Foto Daniela Dimitrova dari Pixabay 

Ketika anak saya masih duduk di kelas 4 SD, begitu masuk rumah sepulang sekolahnya langsung menangis. Usut punya usut pekerjaan rumahnya hanya mendapatkan nilai 9, ada satu jawaban yang salah menurut gurunya. 

"Pekerjaan utama ayah di rumah itu mengasuh anak kan, Pak," katanya.

Saya benarkan saja pernyataannya. Meski saya tahu, akan muncul pertikaian dalam pikirannya yang masih polos itu. 

Saya menduga pasti akan pertanyaan susulan, paling sederhana menyalahkan gurunya, setidaknya menuduh tak cukup luas pengetahuannya. Merendahkan guru sungguh tak baik ujungnya.

Maka tentu saja ini akan menjadi tidak mudah. Bagaimana caranya menjelaskan komnsep-konsep besar dalam ilmu sosial kepada anak kelas 4 SD yang sedang menghadapi kegalauan dengan jawaban yang menurutnya benar, empiris karena memang saya selalu terlibat dalam pengasuhan anak, tetapi gurunya menyalahkan begitu saja, dan menyebabkan tak mendapatkan nilai 10.

Traditional Fatherhood

Guru anak saya itu, sebenarnya enggak melakukan kesalahan dengan memberikan penilaian salah terhadap jawaban anak saya. 

Pasalnya, ia masih berada dalam belenggu konsep fatherhood traditional. Konsep yang mengatur taat nilai dan moral tentang peran seorang ayah dalam kehidupan keluarga. 

Dalam konsep ini, ayah ditempatkan pada peran sebagai pencari nafkah dan penanggung jawab, pelindung, dan penegak hukum dalam keluarga. 

Ayah, tak perlu turut campur dalam pengasuhan dan perawatan anak. Ia seorang pahlawan yang harus mendapatkan pelayanan dari semua anggota keluarga yang ada.

Model konsep ini dipengaruhi oleh ide tentang budaya patriarkhi yang menempatkan laki-laki sebagai segala-galanya dalam kehidupan sosial. Ia sebagai pemegang seluruh keputusan dan kuasa ekonomi sekaligus dalam keluarga. Ia tak tergoyahkan. Kekuasaannya mutlak.

Pada posisi semacam ini, seorang ayah hanyalah memiliki tanggung jawab di ruang publik, ruang yang dianggap profesional dan menghasilkan atau memproduksi kapital. 

Rumah menjadi tempatnya beristirahat dan menikmati seluruh haknya, termasuk yang dianggapnya sebagai hak laki-laki semata: seks.

Pada saat yang sama, istri hanyalah memegang kewajiban dalam rumah tangga, mengasuh anak, merawat rumah, menyiapkan makanan, menyiapkan pakaian, dan menjalankan yang selalu dianggap sebagai kewajiban perempuan: seks.

Dengan demikian, traditional fatherhood sangatlah memuja laki-;laki, menjadi domain berkembang suburnya maskulinitas yang mengendalikan feminitas.

Involved Fatherhood

Saya yakin, manakala guru anak saya itu sudah terpapar nalar involved fatherhood, pastilah ia akan memiliki pandangan yang berbeda. Bisa sangat mungkin ia membenarkan jawaban anak saya: ayah memiliki peran utama mengasuh anak. Tidak ada salahnya memang seorang aya itu terlibat dalam pengasuhan dan perawatan anak.

Involved fathrehood mengarah pada pemahaman ayah, juga memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam pengasuhan dan perawatan anak. Lebih luas lagi peran dan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga atau wilayah domestik. Ayah tak hanya bertanggung jawab memasuki wilayah publik karena label kepala rumah tangga sebagaimana dibakukan dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Konsep involved fatherhood dipengaruhi oleh gagasan keadilan gender, yang melihat seluruh ruang (domestik dan publik) sama-sama menjadi wilayah ekspresi dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Tidak ada pembakuan peran dalam kedua wilayah itu sebagaimana tergambarkan dalam peran gender tradisional.

Dengan peta peran dan tanggung jawab yang demikian, perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki hak memasuki ruang publik untuk mengekspresikan kemampuannya--termasuk mendapatkan uang dari kerja profesionalnya. 

Pada saat yang sama, perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki tanggung jawab dalam rumah tangga, termasuk dalam pengasuhan dan perawatan anak.

Model ayah yang ideal juga sudah menjadi olah konten menarik dalam berbagai novel di Indonesia. Sebut misalnya, novel Ayah karya Andrea Hirata (2015) dan Novel Sabtu Bersama Bapak (2014) karya Adhitya Mulya. 

Membaca dua nove ini, bisa ditemukan sosok ayah yang melakukan pengasuhan, pengayoman, dan perawatan anak-anak mereka. 

Andrea menggambarkan keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan dan membangun kedekatan dengan anak memiliki pengaruh yang positif terhadap tumbuh kembang anak, secara mental dan spiritual.

Dengan begitu kedekatan seorang ayah dengan anaknya, menjadi bagian efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral dan membentuk karakter anak. Bahkan, semangat dalam menjalani hidup juga semakin memperkuat pembentukannya dalam diri anak untuk bekal menjalani kehiduoan.

Anak akan semakin memiliki sumber pengetahuan dan teladan karena ia hidup dalam habit yang lengkap: keteladanan ibu dan ayahnya sekaligus.

Saya yakin dengan perubahan cara pandang guru terhadap konsep involved fatherghood akan mengubah juga penilaian terhadap jawaban-jawaban atas pertanyaan peran-peran perempuan dan lak-laki, peran ibu dan ayah dalam mengasuh dan merawat anak-anak mereka.

Dari orang-orang tua seperti inilah yang akan melahirkan generasi emas dan siap memasuki Indonesia tahun 2045. Siap menyongsong dan membangun negeri ini di usia 100 tahun kemerdekaan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun