Riya' adalah melakukan sesuatu karena ingin dipuji oleh orang lain.
Katakanlah wahai Muhammad! Hanya kepada Allah sajalah aku beribadah dengan tulus ikhlas (Az Zumar [39]: 14).
Kecuali mereka yang taubat dan berlaku baik dan berpegang teguh pada Agama Allah, dan melaksanakan Agama mereka dengan ikhlas karena Allah. Mereka itulah bersama-sama kaum mukmin (An Nisaa [4]: 146).
Dan luruskanlah muka kalian (menghadap Allah) di setiap shalat (pusatkanlah hati dan pikiran kalian dengan tulus ikhlas kepada Allah) dan berdoalah dengan tulus ikhlas, melaksanakan Agama karena Allah (Al A'raf [7]: 29).
Dan mereka hanya diperintahkan suapaya beribadah kaepada Allah dengan tulus ikhlas, melaksanakan agama dengan jujur, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat, begitulah Agama yang betul (al Bayyinah [98]: 5).
Para ulama secara aklamasi menegaskan bahwa amalan yang dilakukan karena riya' semata, akan mendapat hukuman. Malah riya itu merupakan penyebab kemurkaan dan siksaan. Adapun amal yang dilkukan dengan ikhlas karena Allah semata akan menjadi penyebab untuk mendapat pahala. Amal itu diukur menurut kadar kekuatan pendorongnya (Allah Maha Mengetahui akan hal ini):Â
 Jika pendorong amalnya itu bersama dengan pendorong nafsunya sehingga kedua-duanya sama kuat, maka kedua-duanya harus digugurkan dan jadikanlah amalannya tidak berpahala dan tidak juga berdosa.
Jika dorongan riya' lebih kuat dan menang, jadilah amal-alamnya tidak bermanfaat, malah memberi madharat dan siksaan. Siksaan dalam kondisi seperti ini lebih enteng dari siksaan amalan yang semata-mata riya'.
Jika niat bertaqarab (mendekatkan diri kepada Allah) lebih berat atau lebih condong dibandingkan dengan dorongan-dorongan lain, maka ia akan mendapat pahala sekedar kelebihan kekuatan dorongan keikhlasannya tadi.
 Setiap Amal Tergantung Niatnya