Beberapa riset seperti yang sudah disebutkan di atas menyebut medsos adalah tempat  menyebarkan fake news. Medsos menyebarkan fake news 6 kali lebih cepat daripada berita yang bisa dikonfirmasi. Atau medsos menyebarkan fake news 70% lebih banyak daripada berita yang bisa dikonfirmasi.
AI Menembus Otak Manusia Melalui Medsos
Setelah 2 dekade lebih medsos berkembang, maka cara informasi menyebar menjadi berubah. Medsos mulai menggantikan media konvensional sebagai sumber berita. Hampir tidak ada lagi orang yang membaca (mengkonsumsi) berita dari sumber pertama (media konvensional). Mereka membaca salinan berita di medsos (yang di-post oleh users), tanpa tertarik untuk membaca di link aslinya. Bahkan seringkali membaca berita dalam bentuk intisari (summary) saja. Atau yang lebih gila lagi: membaca (di medsos) pandangan atau interpretasi orang pada sebuah berita atau informasi. Padahal entah siapa orang itu.
Maka tidak heran jika sebuah media yang bernama Bocor Alus bisa menjadi populer di masyarakat dan bahkan kontennya dikutip oleh media konvensional. Padahal referensi atau nara sumber dari media seperti Bocor Alus adalah:
1. katanya.
2. katanya.
3. katanya.
Ini untuk mengingatkan Anda, bahwa yang dimaksud medsos itu termasuk WhatsApp, terutama WAG, Youtube, apalagi Facebook, X, TikTok, dan lainnya.
Penutup
Ada yang tertarik mendiskusikan topik di atas secara online untuk kepentingan masyarakat? Jangan sampai Indonesia semakin terpuruk karena terlindas oleh dampak medsos. Sementara itu pemilik medsos bertengger di tangga teratas dalam daftar orang terkaya di dunia.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H