Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Apa Pentingnya Pengelolaan Emotions?

6 Juli 2023   14:18 Diperbarui: 26 Agustus 2023   16:46 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gangguan pada interaksi ini atau gangguan pada beberapa bagian tertentu di otak ini  bisa menyebabkan gangguan dalam pengelolaan emotions. Apa yang menyebabkan gangguan itu dijelaskan melalui berbagai riset. Misalnya gangguan itu memang ada sejak lahir, dan ada juga karena pengaruh lingkungan atau parenting. 

Bahkan sudah ada beberapa riset baru yang menemukan kaitan erat mind-wandering dengan gangguan dalam kemampuan mengelola emotions. Tentu temuan dari riset yang masih baru ini masih belum populer untuk menjadi topik bahasan. Mungkin nanti akan saya tulis dalam artikel berikutnya.

Ketidakmampuan dalam mengelola emotions itu bisa menghasilkan kegagalan dalam 6 aspek kehidupan seperti ditunjukan di daftar di atas.

Kemampuan memelihara interaksi antar bagian di otak itu (terutama amygdala & prefrontal cortex) akan menghasilkan apa yang sering disebut neuroscience sebagai berfungsinya otak secara maksimal. 

Jika prefrontal cortex (yang memiliki executive function) menjadi dominan di otak, maka apapun yang diproduksi oleh amygdala (terutama yang negative emotions (seperti takut, marah, cemas, agresi, dll.) akan diproses lebih dahulu di prefrontal cortex. Sehingga signal apapun yang dikirimkan amygdala ke prefrontal cortex & hypothalamus untuk menyiapkan tubuh dalam merespon sebuah situasi akan dikendalikan oleh prefrontal cortex. 

Namun jika interaksi itu terganggu, maka prefrontal cortex akan kurang/tidak bekerja untuk membuat pertimbangan yang sehat, mengatur salah-benar (moralitas), mencari solusi, dll yang khas manusia berakal. Jika kerja prefrontal cortex itu terganggu, maka hanya amygdala yang bekerja, padahal jika sendirian amygdala hanya akan menghasilkan fight or flight saja (bertempur atau kabur saja). Itu khas reptil atau hewan yang bagian prefrontal cortex-nya belum berkembang sempurna.

Kondisi di otak yang seperti itu disebut juga sebagai otak yang tidak berfungsi maksimal. Kondisi itu juga disebut dengan sebutan tidak sehat secara mental, karena perilakunya tidak sesuai dengan norma yang berlaku atau aturan yang berlaku atau sudah disepakati. Ciri fungsi otak yang tidak maksimal itu terlihat secara ekstrim pada otak psychopath atau sociopath. 

Mereka memiliki kesulitan memahami salah dan benar yang akibatnya mereka cenderung melakukan pelanggaran hukum. Mereka memiliki kesulitan menyadari atau mengenali emotions orang lain, terutama yang negatif, sehingga orang seperti ini disebut tidak memiliki empathy yang artinya  ia bisa kejam sekali dalam memperlakukan orang lain.

Meski disebut otaknya tidak berfungsi maksimal, namun sociopath sering terlihat seperti orang normal, bahkan banyak yang memiliki prestasi dalam hidupnya, karena otaknya bukan tidak bisa berfungsi maksimal, namun hanya kurang berfungsi maksimal dalam kondisi tertentu. 

Dalam beberapa riset, ditemukan bahwa ada sociopath yang ternyata sangat mengejar kekuasaan atau posisi strategis, atau juga kekayaan yang banyak agar bisa mendominasi orang-orang di sekitarnya. 

Di riset itu juga ditemukan, bahwa mereka para sociopath itu mudah sekali jatuh terjerembab ketika sudah berada di tempat yang tinggi. Pencapaian yang tinggi itu diperoleh, karena mampu (tega) menghalalkan segala cara yang orang normal tidak mampu melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun