Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Ada 10 Ciri Psikopat pada Sambo?

15 Februari 2023   16:11 Diperbarui: 28 Agustus 2023   11:27 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para ahli menyebut ada 20 ciri psikopat sebagaimana disebut dalam "Hare Psychopathy Checklist" di bawah ini.

Sebagian ahli lainnya menyebut cukup 10 ciri saja untuk menentukan seseorang bisa disebut psikopat. Silakan membaca artikel sebelumnya tentang psikopat menurut sains di sini (klik di sini).

Apakah Sambo memiliki sebagian besar dari 10 ciri psikopat seperti dalam gambar di bawah ini?

Gambar: https://www.researchgate.net/figure/Corrected-item-total-correlations-and-descriptive-statistics-for-each-Hare-Psychopathy_tbl2_236137602
Gambar: https://www.researchgate.net/figure/Corrected-item-total-correlations-and-descriptive-statistics-for-each-Hare-Psychopathy_tbl2_236137602

Gambar: https://mind.help/topic/psychopath/
Gambar: https://mind.help/topic/psychopath/

Artikel ini tentu saja bukan sebuah diagnosa, tetapi semata sebuah spekulasi berdasar pada informasi yang beredar di berbagai media, termasuk di media sosial. Berbagai informasi yang beredar itu lalu dicocokkan pada 10 ciri psikopat yang sering dijadikan patokan para ahli untuk menentukan apakah seseorang memiliki sebagian besar ciri psikopat atau tidak.

1. Superficial Charm

Menurut berita yang beredar, beberapa rekan kerjanya menyebut ia bisa amat luwes bergaul ke atas. Sedangkan menurut masyarakat: gayanya (cara berjalan, cara berbicara, cara berpakaian, dll) mengagumkan atau kharismatik. Kemampuan untuk superficial charm ini dipelajari sejak kecil, karena adanya ciri yang lain: pathological liar (soal pathological liar dijelaskan di bawah) dan juga ciri false superior complex.

2. Antisocial Behaviour

Data mengenai ini sebenarnya sedikit, namun antisocial behaviour ini mengenai pandangannya pada orang lain atau masyarakat. Orang sering mengira antisocial behaviour itu adalah hanya mengenai orang yang bersikap suka menyendiri, atau menarik diri dari masyarakat atau menghindarinya. Padahal antisocial behaviour itu adalah sikap "memusuhi" masyarakat (terang-terangan atau tidak), yang artinya tindakannya, atau langkahnya bisa membahayakan masyarakat. Jika rumor yang beredar benar, yaitu tentang bisnis gelapnya, misalnya seputar judi online, dll., maka ia memiliki ciri antisocial behaviour.

3. Pathological Lying

Ciri yang ini nyaris gak usah dijelaskan lagi, karena terlihat di persidangan, bahwa ia sering terindikasi bohong. Mereka yang cukup lama hidup di dekatnya mungkin bisa melihat orang seperti ini bisa bohong tanpa tujuan. Pokoknya bohong dan tanpa rasa gentar.

4. Manipulative Nature

Salah satu contoh manipulative nature terungkap di persidangan, yaitu saat ia meminta Richard E. untuk menembak Joshua. Alasan yang diberikannya sangat manipulatif, yaitu supaya Sambo bisa bebas, sehingga ia bisa melindungi eksekutor (Richard) dan kaki-tangan lainnya. Richard, karena masih muda, dan belum banyak pengalaman hidup, apalagi tidak mendalami soal personality disorder tentu saja menelan mentah-mentah kata-kata manipulatif itu.

5. Lack of Emotions or Empathy

Empathy adalah kemampuan mengenali dan ikut merasakan emosi orang lain, terutama emosi sedih, menderita atau yang semacam itu. Itu juga berarti ketidakmampuan untuk bisa mengakui adanya perspektif orang lain. Tentu jelas sekali ia tidak memiliki kemampuan itu, karena saat ia tak memiliki bukti yang cukup tentang Brigadir Joshua (ia hanya mendengar hasutan dari beberapa orang saja soal Brigadir Joshua), ia langsung memutuskan untuk melakukan pembunuhan. Ia tak memiliki empathy sama sekali pada situasi yang dihadapi Joshua saat itu, yaitu menginginkan kesempatan untuk membela dirinya. Ketidakmampuan ini yang melatarbelakangi perilakunya yang suka melanggar hukum atau melanggar norma yang berlaku di masyarakat. Ia kurang mampu memahami konsep benar & salah (meskipun ia di kepolisian). Namun mungkin ia tidak terlihat seperti itu, karena ciri lainnya, yaitu suka bohong dan suka membangun citra seolah orang baik.

6. False Superior Complex

Tidak perlu mengorek-ngorek jejak digitalnya untuk mendapatkan contoh bahwa ia memiliki false superior complex yang artinya arogan, merasa dirinya hebat, besar, pintar, berkuasa melebihi orang lain, terutama di institusi kepolisian. Apa yang ia lakukan saat merencanakan pembunuhan Brigadir Joshua dan setelah pembunuhan itu sudah cukup menggambarkan, bahwa ia merasa bisa merekayasa semuanya, bisa mengatur sekian puluh perwira polisi lainnya. Padahal kemudian ia jatuh hanya karena Barada Richard E. yang memutuskan menjadi justice collaborator. Kejatuhannya sekaligus membuktikan bahwa ia salah dalam menilai dirinya sendiri yang disangkanya besar atau hebat.

7. Narcissistic Personality

Ia sangat butuh puja-puji atau pengakuan dari orang di sekelilingnya atau masyarakat luas.  Ia sangat terganggu ketika diprovokasi, bahwa istrinya "diganggu" oleh Joshua. Seorang narcissist akan merasa ia amat direndahkan, jika itu terjadi padanya. Ia seperti kehilangan puja-puji atau pengakuan saat istrinya dikira diganggu orang. Saat seperti itu ia  mudah kehilangan kewarasannya.

8. Disregards for Others' Rights & Emotions

Bayangkan, seorang Kadiv Propam justru merusak TKP (tempat kejadian perkara). Ada 3 kemungkinan yang terjadi: 1. Ia pelaku kejahatan di TKP itu, 2. Ia merasa dirinya besar, hebat, pintar, berkuasa, 3. Ia melakukan kejahatan karena terdorong oleh kecenderungannya yang impulsive (tanpa pertimbangan rasional atau pertimbangan kewarasan), sehingga akan diikuti oleh perbuatan yang lebih impulsive lagi atau lebih tidak waras lagi.

Ciri ini memang menonjol, meski sebenarnya muncul karena ia tak memiliki kemampuan untuk mengenali atau merasakan emosi orang lain seperti sudah disebut di nomor 5 yang juga berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengakui adanya perspektif orang lain. Ia menjadi cenderung mengabaikan kepentingan orang lain atau hak orang lain, bahkan jika perlu dilanggarnya. Ciri ini membuatnya mudah banget untuk melakukan pelanggaran hak orang lain, pelanggaran hukum atau norma.

9. Impulsive Nature

Tak ada seorangpun yang mampu memiliki alasan bagus untuk melakukan kekerasan apalagi pembunuhan jika ia memiliki pikiran yang normal. Namun ia mampu memiliki alasan bagus itu, padahal tidak cukup jelas kesalahan apa yang dilakukan Brigadir Joshua kepadanya atau kepada istrinya. Di pengadilan bukti-bukti mengenai apa yang dituduhkan kepada Joshua dianggap kosong. Saat memutuskan untuk membunuh Joshua, ia didorong oleh salah satu kecenderungannya, yaitu impulsive nature. Itu karena satu bagian di otaknya, yaitu prefrontal cortex (PFC) memang kurang berinteraksi dengan baik dengan beberapa bagian otak yang lain, terutama jika ia sedang pada kondisi tertentu, misalnya stres. Padahal interaksi antar bagian di otak ini, terutama dengan PFC menghasilkan pikiran waras, termasuk juga menghasilkan empathy.

10. Aggresive Behaviour

Dari beberapa kisah mengenai dirinya, ia sering memilih langkah menyerang atau mendahului langkah orang lain, karena kuatir "dikalahkan". Itu terlihat dari karirnya yang moncer mengalahkan banyak rekan yang selevel atau bahkan yang levelnya lebih tinggi. Di media beredar kabar tentang bagaimana ia "kejam" pada para tersangka yang sedang diperiksanya. Itu karena ia tergolong bad tempered, alias gampang marah atau meledak. Ia cenderung ingin cepat mendapat pengakuan dari para tersangka hanya berdasar pada asumsinya semata. Kata agresif di orang seperti ini sering terpelintir menjadi kata ambisius yang memiliki konotasi positif.

Penutup

Sekali lagi, bahasan tentang mantan Kadiv Propam, Ferdy Sambo di atas adalah sebuah spekulasi semata, bukan diagnosa, karena hanya berdasar pada apa yang beredar di berbagai media. Meski demikian, bahasan psychopathy didasarkan pada sains dan penulis terbuka untuk berdiskusi.

M. Jojo Rahardjo

Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun