Ciri yang ini nyaris gak usah dijelaskan lagi, karena terlihat di persidangan, bahwa ia sering terindikasi bohong. Mereka yang cukup lama hidup di dekatnya mungkin bisa melihat orang seperti ini bisa bohong tanpa tujuan. Pokoknya bohong dan tanpa rasa gentar.
4. Manipulative Nature
Salah satu contoh manipulative nature terungkap di persidangan, yaitu saat ia meminta Richard E. untuk menembak Joshua. Alasan yang diberikannya sangat manipulatif, yaitu supaya Sambo bisa bebas, sehingga ia bisa melindungi eksekutor (Richard) dan kaki-tangan lainnya. Richard, karena masih muda, dan belum banyak pengalaman hidup, apalagi tidak mendalami soal personality disorder tentu saja menelan mentah-mentah kata-kata manipulatif itu.
5. Lack of Emotions or Empathy
Empathy adalah kemampuan mengenali dan ikut merasakan emosi orang lain, terutama emosi sedih, menderita atau yang semacam itu. Itu juga berarti ketidakmampuan untuk bisa mengakui adanya perspektif orang lain. Tentu jelas sekali ia tidak memiliki kemampuan itu, karena saat ia tak memiliki bukti yang cukup tentang Brigadir Joshua (ia hanya mendengar hasutan dari beberapa orang saja soal Brigadir Joshua), ia langsung memutuskan untuk melakukan pembunuhan. Ia tak memiliki empathy sama sekali pada situasi yang dihadapi Joshua saat itu, yaitu menginginkan kesempatan untuk membela dirinya. Ketidakmampuan ini yang melatarbelakangi perilakunya yang suka melanggar hukum atau melanggar norma yang berlaku di masyarakat. Ia kurang mampu memahami konsep benar & salah (meskipun ia di kepolisian). Namun mungkin ia tidak terlihat seperti itu, karena ciri lainnya, yaitu suka bohong dan suka membangun citra seolah orang baik.
6. False Superior Complex
Tidak perlu mengorek-ngorek jejak digitalnya untuk mendapatkan contoh bahwa ia memiliki false superior complex yang artinya arogan, merasa dirinya hebat, besar, pintar, berkuasa melebihi orang lain, terutama di institusi kepolisian. Apa yang ia lakukan saat merencanakan pembunuhan Brigadir Joshua dan setelah pembunuhan itu sudah cukup menggambarkan, bahwa ia merasa bisa merekayasa semuanya, bisa mengatur sekian puluh perwira polisi lainnya. Padahal kemudian ia jatuh hanya karena Barada Richard E. yang memutuskan menjadi justice collaborator. Kejatuhannya sekaligus membuktikan bahwa ia salah dalam menilai dirinya sendiri yang disangkanya besar atau hebat.
7. Narcissistic Personality
Ia sangat butuh puja-puji atau pengakuan dari orang di sekelilingnya atau masyarakat luas.  Ia sangat terganggu ketika diprovokasi, bahwa istrinya "diganggu" oleh Joshua. Seorang narcissist akan merasa ia amat direndahkan, jika itu terjadi padanya. Ia seperti kehilangan puja-puji atau pengakuan saat istrinya dikira diganggu orang. Saat seperti itu ia  mudah kehilangan kewarasannya.
8. Disregards for Others' Rights & Emotions
Bayangkan, seorang Kadiv Propam justru merusak TKP (tempat kejadian perkara). Ada 3 kemungkinan yang terjadi: 1. Ia pelaku kejahatan di TKP itu, 2. Ia merasa dirinya besar, hebat, pintar, berkuasa, 3. Ia melakukan kejahatan karena terdorong oleh kecenderungannya yang impulsive (tanpa pertimbangan rasional atau pertimbangan kewarasan), sehingga akan diikuti oleh perbuatan yang lebih impulsive lagi atau lebih tidak waras lagi.