Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Puasa Ramadhan Versus Puasa Dopamine

7 April 2022   20:14 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:57 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: The Guardian

Dopamine juga terpicu keluar oleh hal-hal lain seperti sex, memenangkan kompetisi, mendapatkan nilai bagus di sekolah, mendapatkan promosi pekerjaan, mendapatkan kekayaan atau kekuasaan, mendapatkan pengakuan, penghargaan, award, piala, Nobel, bahkan juga bermain game, memenangkan persaingan atau perdebatan di media sosial, atau sekedar mengunyah/mendalami apa pun isi medsos, dan lain-lain.

Mengejar dopamine agar terpicu keluar menjadi bermasalah jika kegiatan itu mengganggu fokus pada pekerjaan, mengganggu hubungan dengan orang-orang dekat atau di tempat kerja, lupa memperhatikan kesehatan, atau melupakan kegiatan penting lainnya.

Saat seperti itu disebut sebagai kecanduan, seperti kecanduan pada game online, film, sex, onani, berkompetisi, mendapat nilai bagus di sekolah, di tempat kerja, mengumpulkan kekayaan, kekuasaan, media sosial, dll.

Neuroscience menjelaskan kecanduan seperti ini: otak setiap saat secara otomatis mengatur tingkat dopamine (juga hormon lainnya) agar selalu seimbang atau tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Satu kegiatan baru (misalnya bermain game) akan memicu keluarnya dopamine secara lebih banyak daripada biasanya, namun semakin sering Anda melakukan kegiatan yang sama, maka level of dopamine yang keluar semakin dikurangi untuk menciptakan balance di otak. 

Lama-lama, bermain game, sex, atau yang lainnya menjadi kurang memicu keluarnya dopamine. Padahal Anda terlanjur bergantung pada kegiatan itu untuk memicu keluarnya dopamine, sehingga Anda terus memaksakan diri secara ekstrim untuk melakukan kegiatan itu, sehingga melupakan hal-hal atau kegiatan-kegiatan lain yang juga penting untuk dilakukan sehari-hari, seperti bersosialisasi, membangun relationships dengan orang-orang dekat atau keluarga, teman, dll.

Jadi jangan lupa kecanduan itu bukan hanya pada nikotin (rokok), narkoba, caffeine, judi, sex, makanan & minuman yang mengandung gula, garam, atau lemak (gula, garam, lemak sekarang disebut addictive substance seperti narkoba), tetapi juga pada Internet, media sosial, perdebatan di medsos, menonton film atau berita (melalui medsos), berbagai award yang bisa dibeli, uang, kekuasaan, dan lain-lain.

Otak telah berevolusi untuk menjamin keberlangsungan hidup dengan cara menyediakan dopamine saat Anda melihat peluang untuk keberlangsungan hidup (survival). Melihat makanan adalah contohnya. Saat semua berjalan sukses, maka Anda akan merasa senang, karena ada hormon lain lagi yang keluar.

Dopamine berguna untuk membuat neurons di otak terhubung satu sama lain (melalui synapses). Itu mendorong Anda untuk melakukan satu kegiatan lagi dan lagi. Sedangkan kegiatan-kegiatan baru (yang belum pernah dilakukan sebelumnya) akan membuat keterhubungan baru antara satu neuron dengan neuron lainnya. 

Jadi yang bertambah di otak bukan jumlah neurons-nya, tetapi jumlah keterhubungan antar neurons. 

Menurut riset, itu sesuatu yang positif dan harus dilakukan sepanjang hidup. Artinya sepanjang hidup Anda dituntut untuk belajar hal-hal baru atau melakukan berbagai aktivitas yang berbeda-beda, berdasar riset sains. Salah satu yang membahas ini adalah Loretta Breuning dari Inner Mammal Institute, California State University.

Namun demikian ada yang membuat Anda menjadi malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru. Itu disebabkan karena Anda sebagai manusia sekarang hidup di zaman baru setelah periode 300 ribu tahun sejarah homo sapiens yang sekarang hampir semua kesenangan mudah diperoleh, seperti makanan, minuman, mengumpulkan uang atau makanan, bermain game, menonton film, berinteraksi di media sosial, surfing di Internet, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun