Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Riset Sains Seputar Stres & Cara Mengatasinya

10 Februari 2022   10:17 Diperbarui: 24 Juli 2023   22:07 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan kondisi itu ternyata juga merusak kesehatan sebagaimana sudah disebut sebelumnya tadi.

Di masa dahulu, kondisi yang seperti itu tentu seringkali dipercaya bisa diperbaiki dengan perubahan mindset yang sering diajarkan oleh agama atau oleh para motivator.

Misalnya dengan ucapan-ucapan seperti ini: Tuhan memberikan cobaan agar kita bisa memiliki derajat yang lebih baik. Atau ini: roda kehidupan berputar, kadang di bawah, kadang di atas. Atau ini juga: What doesn't kill you, make you stronger. Juga ini: Orang sabar disayang Tuhan. Dan lain-lain.

Namun sains memiliki cara lain. Cara ini boleh saja disebut alternatif, meski sebenarnya jauh lebih efektif memberikan hasil, karena berdasar pada riset sains.

Begini cara yang ditawarkan sains: karena penyebab rasa putus asa itu ada di otak atau lebih spesifik adalah bagian PFC yang menjadi tumpul yang disebabkan oleh stres, maka kita harus turunkan tingkat stres agar PFC kembali berfungsi normal lagi atau malah berfungsi maksimal.

Menurunkan tingkat stres tentu sudah lama kita ketahui ada banyak caranya. Misalnya: kumpul dengan keluarga yang mencintai dan melindungi, atau melakukan kegiatan (hobby) yang sama-sama kita senangi, kumpul dengan teman-teman dekat untuk bersenang-senang, makan dan minum yang kita sukai, pergi ke tempat-tempat yang kita sukai, berolah-raga, berdoa, beribadah, berdoa (mendekatkan diri pada Tuhan) dan lain-lain.

Semua itu tentu sudah lama kita ketahui dapat menurunkan tingkat stres. Namun pernahkah kita bertanya: seberapa besar semua cara itu bisa menurunkan tingkat stres?

Sains sudah menelitinya. Ternyata hanya meditasi yang paling signifikan dalam menurunkan tingkat stres. Dan cara meditasi sudah dirancang ulang oleh para saintis, sehingga meditasi bukan sebuah kegiatan yang rumit atau berkaitan dengan satu keyakinan agama tertentu. Sama sekali bukan itu.

Meski pun mudah, namun tetap saja membutuhkan latihan yang tekun, sehingga bisa membuahkan hasil dalam beberapa minggu saja.

Olahraga juga cara mudah untuk menurunkan stres, namun olahraga membutuhkan upaya yang lebih besar dibandingkan dengan meditasi. Setidaknya kita membutuhkan alat untuk berolahraga, meskipun hanya untuk olahraga dengan cara berjalan-jalan keliling kompleks perumahan yang mungkin hanya perlu sandal jepit. Olahraga seperti jalan-jalan ringan ini membutuhkan waktu setidaknya setengah jam. Sedangkan meditasi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta hanya beberapa menit saja, namun sebaiknya sering dilakukan dalam sehari.

Masih ada cara lain yang sudah diteliti oleh sains dalam beberapa dekade belakangan ini, seperti menulis Jurnal Positif (aktivitas bersyukur sebenarnya), dan aktivitas lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun