Angka-angkanya hingga hari ini adalah: hampir 250 ribu orang terpapar di seluruh dunia. Tewas 10 ribu orang (fatality rate 4,1%). Di Indonesia 369 orang terpapar, dan tewas 32 (fatality rate 8,6%).
Apa yang salah? Atau memang harus selalu seperti ini saat ada wabah virus merebak di dunia? Inikah proses evolusi itu?
Mengapa dunia tergagap setelah diberi pelajaran 2 kali (SARS & MERS) sebelumnya?
Mengapa banyak negara yang tak mengikuti Cina? Mengapa banyak negara tak belajar dari SARS dan MERS?
Apakah website WHO tidak cukup komunikatif dalam menyampaikan apa yang penting? Apakah WHO harus merekrut ahli komunikasi digital agar pesannya bisa mencapai siapa pun dengan tingkat pendidikan apapun atau kelas ekonomi apapun?
Apa saja yang seharusnya dilakukan oleh negara-negara lain setelah satu negara mengumumkan adanya wabah virus seperti COVID-19 itu?
Protokol untuk menghadapi penyakit menular di dunia sebenarnya sudah banyak dibuat dan sejak lama. Apakah harus dibuat lagi protokol baru untuk itu? Bagaimana bunyi protokol baru itu?
Banyak pertanyaan yang harus dijawab ternyata.
***
Kita hidup di zaman digital atau media sosial di mana setiap hari kita bisa dibanjiri oleh hoax, atau informasi-informasi menyesatkan. Di saat krisis seperti sekarang ini, kita malah dibanjiri informasi sesat seperti soal jamu dan rempah-rempah atau yang berasal dari agamawan.