Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Teror Mumbai dan Sri Lanka Bisa Dicegah?

29 April 2019   18:56 Diperbarui: 29 April 2019   21:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: faktualnews.co 

Lalu sejak 2018 hingga 2019 ini beberapa kelompok pengusung Khilafah dan NKRI Bersyariah terlihat mencoba mengambil kesempatan dalam pilpres dan pemilu 2019 yang sudah berlangsung beberapa minggu lalu. Mereka, seperti HTI, FPI, FUI yang mengira bisa menunggangi Prabowo. Mereka berpikir HTI dan lainnya akan kembali "bebas" jika Prabowo ditolong untuk menjadi presiden. Beberapa pengamat intelijen menyebut Pilpres 2019 ini adalah pertarungan yg berbahaya antar 2 ideologi, yaitu Pancasila dan Khilafah atau NKRI Bersyariah.

Untungnya Prabowo kalah.

Sebagaimana kita lihat saat pilpres dan pemilu yang baru berlangsung beberapa minggu lalu, konsep Khilafah atau NKRI Bersyariah menyelip dalam kegiatan kampanye. Indonesia beruntung, karena LSI Denny JA berinisiatif sejak tahun 2018 lalu membangun gerakan yang diberinama "Komunitas Bela Indonesia". Komunitas ini berkampanye ke berbagai tempat di Indonesia untuk menggerus ide khilafah atau NKRI Bersyariah.

Langkah awal gerakan ini mengkampanyekan apa yang menjadi kekuatiran bersama kita, yaitu tentang naiknya popularitas Khilafah atau NKRI Bersyariah dibanding Pancasila dalam beberapa belas tahun terakhir ini. Bersamaan dengan itu gerakan ini mengkampanyekan mengapa Pancasila penting untuk menjadi ideologi yang mempersatukan kita dan menjamin kemajuan Indonesia di masa sekarang dan ke depan.

Keprihatinan gerakan ini adalah Pancasila tak lagi disosialisasikan dengan cara yang tepat di era milenial atau zaman media sosial dan Google. "Marketing Pancasila" melemah, tidak seperti ideologi lain yang dikampanyekan dengan militan, seperti ideologi Khilafah, yang dikampanyekan hingga di banyak rumah ibadah dan door to door.

Gerakan ini mempertanyakan kembali: apa tujuan kita berbangsa?

Dikutip dari buku "Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia" yang ditulis oleh Denny JA dan Tim: Tujuan kita berbangsa dinyatakan secara tegas dalam Pembukaan UUD 1945.

Dalam alinea keempat, tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut: "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Mengacu bunyi dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, ada 4 tujuan negara Indonesia, yakni : (1) Melindungi semua warga Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Empat tujuan kita berbangsa ini apakah bisa dicapai oleh ideologi Khilafah atau NKRI Bersyariah? Tentu tidak, karena ideologi ini belum pernah terbukti berhasil di belahan Bumi mana pun. Sedangkan ideologi Pancasila terbukti menghantarkan Indonesia kepada kemerdekaan Indonesia, meski kemudian Pancasila sempat ditunggangi oleh Soeharto untuk kepentingannya sendiri dan kroninya.

Empat tujuan ini sesuai dengan hasil berbagai riset neuroscience, bahwa positivity (kesejahteraan) harus menjadi tujuan kita semua. Jika kesejahteraan tercapai, maka perlindungan warga dari kelompok radikal lebih mungkin diberikan. Negara pun akhirnya bisa fokus untuk proses pencerdasan bangsa agar lebih maju setiap saat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun