Mohon tunggu...
MJhon RimbaTarahumara
MJhon RimbaTarahumara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang penggemar sepakbola yang antusias dan juga memiliki minat mendalam dalam sejarah dunia. Mengikuti perkembangan pertandingan dan taktik sepakbola memberikan saya kegembiraan, sementara mengeksplorasi peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah memberikan saya wawasan yang berharga tentang dunia. Dari lapangan hijau hingga peristiwa bersejarah, keduanya menjadi bagian penting dalam hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dunia 1, dari Penyebab hingga Dampaknya kepada Dunia

29 Juni 2024   18:46 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1914, dunia terguncang oleh pembunuhan Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria. Insiden kecil ini memicu perang besar yang melibatkan banyak negara di seluruh dunia. Dari medan perang di Eropa Barat hingga konflik di Timur, Perang Dunia Pertama merubah sejarah dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mari kita eksplorasi bagaimana peristiwa ini mengubah dunia untuk selamanya.

Sebab khusus

Pada 28 Juni 1914, Pangeran Francis Ferdinand dari Austria-Hungaria dibunuh di Sarajevo, Bosnia, oleh Gavrilo Princip. Gavrilo adalah bagian dari kelompok teroris Serbia yang disebut "Tangan Hitam." Austria-Hungaria menuduh pemerintah Serbia terlibat dalam pelatihan dan persenjataan Gavrilo serta kelompoknya. Latar belakang ketegangan ini adalah karena keinginan Serbia untuk menyatukan semua orang Slavia di Balkan menjadi satu negara besar, termasuk mereka yang tinggal di wilayah Austria-Hungaria. Austria-Hungaria merasa terancam oleh ambisi ini dan memutuskan untuk mengambil tindakan tegas.

Pada 23 Juli 1914, Austria-Hungaria memberikan ultimatum kepada Serbia, menuntut agar Serbia menerima beberapa syarat dalam waktu 48 jam, yang intinya adalah perang. Serbia menjawab ultimatum tersebut pada 25 Juli, tetapi dengan beberapa syarat tambahan. Austria-Hungaria menolak syarat Serbia dan pada 28 Juli 1914, Austria-Hungaria resmi menyatakan perang terhadap Serbia, yang memicu Perang Dunia I.

Penyebab Umum Perang Dunia I

Ketika Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia pada 28 Juli 1914, situasi di Eropa sudah sangat tegang. Banyak negara sudah lama mempersiapkan diri untuk perang dan membentuk aliansi-aliansi yang berlawanan. Eropa terbagi menjadi dua kubu besar:

1. Kubu Kekuatan Sentral (Blok Sentral):

  • Awalnya dikenal sebagai "Triple Alliance" yang terdiri dari Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia.
  • Italia kemudian menarik diri dan digantikan oleh Kekaisaran Ottoman dari Turki.
  • Setelah bergabungnya Ottoman, nama aliansi ini berubah menjadi Kekuatan Sentral atau Blok Sentral.

2. Kubu Sekutu (Triple Entente):

  • Terdiri dari Rusia, Prancis, dan Inggris.
  • Banyak negara Balkan, kecuali Bulgaria, bergabung dengan Sekutu untuk melawan Kekuatan Sentral.

Setelah Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia, dalam waktu kurang dari seminggu, hampir semua negara besar di Eropa terlibat dalam konflik ini. Ada beberapa alasan umum yang mendorong Eropa menuju Perang Dunia I:

1. Persaingan Industri:

  • Negara-negara Eropa berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam kemajuan industri.
  • Persaingan ini menyebabkan ketegangan dan rivalitas yang memperburuk hubungan antar negara

2. Kolonialisme dan Imperialisme:

  • Kemajuan industri mendorong negara-negara Eropa untuk mencari koloni baru sebagai sumber bahan mentah dan pasar untuk produk mereka.
  • Perebutan wilayah jajahan ini menambah ketegangan internasional.

3. Aliansi Militer:

  • Negara-negara Eropa membentuk aliansi untuk memperkuat diri mereka dalam menghadapi ancaman perang.
  • Triple Alliance dibentuk pada tahun 1882 oleh Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia.
  • Triple Entente terdiri dari Prancis, Inggris, dan Rusia, untuk menyeimbangkan kekuatan Blok Sentral.

4. Perlombaan Persenjataan:

  • Setiap negara meningkatkan teknologi dan persenjataan mereka.
  • Mereka tidak ingin kalah dan mempersiapkan diri untuk perang yang mungkin datang sewaktu-waktu.

Ketegangan yang sudah lama terjadi ini akhirnya meledak setelah pembunuhan Pangeran Francis Ferdinand, memicu perang besar yang melibatkan hampir seluruh Eropa.

Kronologi Perang Dunia I: 1914-1915

1914: Api Perang Membara

Pada bulan Juli 1914, Eropa sudah seperti tong mesiu yang siap meledak. Ketika Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia pada tanggal 28 Juli, hal ini menjadi percikan yang memulai konflik besar. Pembunuhan Pangeran Francis Ferdinand adalah katalis, tetapi ketegangan yang telah lama ada antara aliansi-aliansi kuat di Eropa adalah penyebab utama ledakan ini. Di satu sisi, ada Kekuatan Sentral yang terdiri dari Jerman, Austria-Hungaria, dan Kekaisaran Ottoman yang baru bergabung. Di sisi lain, ada Sekutu yang kuat dengan Rusia, Prancis, dan Inggris sebagai anggota utamanya. Kedua kubu ini memiliki ambisi dan kecurigaan yang saling bertentangan, dan tak butuh waktu lama sebelum seluruh Eropa terseret dalam perang.

Pada bulan Agustus, Jerman melancarkan strategi militer yang dikenal sebagai Schlieffen Plan. Rencananya adalah menyerang Prancis dengan cepat melalui Belgia sebelum berbalik melawan Rusia. Dengan brutal, pasukan Jerman menerobos Belgia, memaksa Inggris untuk bergabung dalam perang demi melindungi netralitas Belgia. Invasi ini membawa Jerman ke pintu gerbang Paris, tetapi pada bulan September, pasukan Sekutu berhasil menghentikan kemajuan Jerman di Pertempuran Marne. Pertempuran ini menjadi awal dari perang parit yang mengerikan, yang akan mendominasi Front Barat selama bertahun-tahun.Sementara itu, di Front Timur, Jerman menunjukkan keunggulan militer mereka dengan menghancurkan pasukan Rusia di Pertempuran Tannenberg dan Danau Masurian. Kekalahan telak ini menghambat Rusia dan memperkuat posisi Jerman di timur.

Di Balkan, Austria-Hungaria mencoba menginvasi Serbia, tetapi serangan mereka gagal. Serbia, meskipun kecil dan terisolasi, menunjukkan perlawanan yang gigih. Pada bulan Oktober, Kekaisaran Ottoman memutuskan untuk bergabung dengan Kekuatan Sentral dan memulai serangan terhadap Rusia di wilayah Kaukasus. Masuknya Ottoman membuka front baru di Timur Tengah dan semakin memperluas konflik ini. Tak hanya di Eropa, perang juga menjalar ke koloni-koloni Eropa di Afrika dan Asia. Pasukan Sekutu menyerang wilayah-wilayah jajahan Jerman, memperluas pertempuran ke seluruh dunia.

1915: Tahun Berdarah dan Ketegangan yang Semakin Meningkat

Tahun 1915 dimulai dengan situasi yang semakin rumit. Di laut, Jerman melanjutkan perang kapal selam mereka, menargetkan kapal-kapal dagang Sekutu. Pada bulan Mei, penenggelaman kapal penumpang Inggris, Lusitania, oleh U-boat Jerman, menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas, termasuk banyak warga Amerika. Insiden ini meningkatkan ketegangan antara Jerman dan Amerika Serikat, meskipun AS belum terlibat langsung dalam perang. Di Front Barat, Jerman meluncurkan serangan besar di sekitar kota Ypres di Belgia. Pertempuran Ypres Kedua menandai penggunaan pertama gas klorin oleh Jerman, senjata mengerikan yang menyebabkan banyak korban di pihak Sekutu. Meskipun serangan ini brutal, Sekutu berhasil mempertahankan garis mereka.

Di tempat lain, Sekutu berusaha membuka jalur suplai ke Rusia dengan menyerang Kekaisaran Ottoman melalui Kampanye Gallipoli. Pasukan Inggris, termasuk tentara dari Australia dan Selandia Baru (ANZAC), mendarat di Semenanjung Gallipoli pada bulan Februari. Namun, kampanye ini penuh dengan kesalahan taktis dan perlawanan keras dari pasukan Ottoman, yang akhirnya berujung pada kekalahan besar bagi Sekutu.

Di Front Timur, Jerman dan Austria-Hungaria melancarkan Serangan Gorlice-Tarnw pada bulan Mei. Serangan ini memaksa mundurnya pasukan Rusia dari Polandia dan memperburuk posisi mereka di Timur. Kekalahan ini menunjukkan kelemahan militer dan logistik Rusia yang terus berlanjut sepanjang perang. Balkan kembali menjadi arena pertempuran ketika Italia, yang sebelumnya netral, memutuskan untuk bergabung dengan Sekutu pada bulan Mei. Mereka membuka front baru melawan Austria-Hungaria di perbatasan Alpen. Pertempuran di pegunungan ini berlangsung keras dan penuh penderitaan.

Sementara itu, di Timur Tengah, Inggris memulai Kampanye Mesopotamia, bergerak melawan pasukan Ottoman untuk mengamankan wilayah penting seperti Basra dan Baghdad. Pertempuran ini bertujuan menguasai jalur minyak vital dan melindungi Terusan Suez. Kampanye Sinai dan Palestinajuga dimulai, dengan Inggris dan pasukan Kekaisaran berjuang melawan Ottoman untuk menguasai wilayah strategis ini.

Pada akhir 1915, jelas bahwa Perang Dunia I bukanlah konflik singkat. Alih-alih, perang ini berkembang menjadi perang total yang melibatkan banyak negara dan mengubah wajah dunia. Kedua belah pihak terjebak dalam pertempuran sengit, dengan jutaan nyawa melayang dan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Kronologi Perang Dunia I: 1916-1917

1916: Tahun Pertempuran Besar dan Perubahan Kondisi

Tahun 1916 ditandai oleh dua pertempuran besar di Front Barat: Pertempuran Verdun dan Pertempuran Somme. Pertempuran Verdun dimulai pada bulan Februari ketika Jerman melancarkan serangan besar-besaran terhadap benteng Prancis di Verdun. Prancis bertahan dengan gigih, dan pertempuran berlangsung hingga Desember tanpa ada pihak yang meraih kemenangan jelas, meskipun korban mencapai ratusan ribu di kedua belah pihak. Pada bulan Juli, Sekutu meluncurkan Pertempuran Somme untuk meringankan tekanan di Verdun. Pertempuran ini terkenal dengan penggunaan tank untuk pertama kalinya oleh Inggris, tetapi medan yang keras dan pertahanan Jerman yang kuat membuat pertempuran ini sangat berdarah, dengan korban besar di kedua belah pihak hingga November.

Di Front Timur, Rusia melancarkan Serangan Brusilov pada bulan Juni, yang berhasil menghancurkan sebagian besar tentara Austria-Hungaria dan memaksa Jerman mengalihkan pasukan dari Front Barat. Namun, Rusia kehabisan tenaga dan sumber daya, sehingga serangan ini berakhir tanpa kemenangan yang menentukan pada bulan September. Di perbatasan Italia dengan Austria-Hungaria, serangkaian pertempuran di sepanjang Sungai Isonzo berlangsung sepanjang tahun tanpa keuntungan signifikan bagi kedua pihak. Di Balkan, Sekutu berhasil merebut kota Monastir dari pasukan Kekuatan Sentral pada bulan November, memberikan dorongan moral bagi Sekutu di wilayah tersebut.

Di Front Kaukasus, Rusia berhasil merebut benteng strategis Erzurum pada awal tahun dan pelabuhan penting Trebizond pada bulan April dari Ottoman, memperkuat posisi mereka di wilayah tersebut. Di koloni-koloni Eropa, pasukan Sekutu menguasai koloni Jerman di Kamerun setelah pertempuran panjang dan terus berjuang di Afrika Timur menghadapi perlawanan gigih dari pasukan Jerman yang dipimpin oleh Paul von Lettow-Vorbeck. Perubahan kondisi politik di akhir tahun 1916 meliputi kematian Kaisar Franz Joseph I dari Austria-Hungaria, yang digantikan oleh Kaisar Karl I yang mencoba mencari jalan untuk perdamaian. Pada bulan Desember, Jerman memulai perang kapal selam tanpa batas, menyerang semua kapal yang menuju pelabuhan Sekutu tanpa peringatan.

1917: Titik Balik dalam Perang

Tahun 1917 menjadi titik balik dalam perang dengan beberapa peristiwa penting di berbagai front. Di Front Barat, Pertempuran Arras yang dilancarkan Sekutu pada bulan April hanya memberikan sedikit kemajuan meskipun awalnya sukses. Pertempuran Passchendaele, yang dimulai pada bulan Juli dan berlangsung hingga November, juga tidak memberikan terobosan besar bagi Sekutu meskipun banyak korban jatuh. Di Front Timur, Revolusi Rusia pertama pada bulan Februari memaksa Tsar Nicholas II turun takhta, tetapi Pemerintah Sementara tetap melanjutkan perang. Revolusi Bolshevik pada bulan Oktober menggulingkan Pemerintah Sementara, dan Vladimir Lenin segera mencari cara untuk menarik Rusia keluar dari perang. Pada bulan Desember, Rusia menandatangani gencatan senjata dengan Kekuatan Sentral.

Di Italia, Pertempuran Caporetto pada bulan Oktober menyebabkan kehancuran besar bagi tentara Italia yang terpaksa mundur sejauh lebih dari 100 km, meskipun Sekutu membantu menstabilkan front. Di Balkan, Sekutu terus melanjutkan operasi mereka untuk melemahkan posisi Kekuatan Sentral. Masuknya Amerika Serikat dalam perang pada bulan April memberikan harapan baru bagi Sekutu setelah provokasi terus-menerus dari kapal selam Jerman dan Telegram Zimmermann yang mencoba mendorong Meksiko untuk menyerang AS. Pasukan Amerika yang segar membawa semangat baru ke medan perang.

T.E. Lawrence, yang dikenal sebagai "Lawrence of Arabia," memainkan peran penting dalam memimpin pasukan Arab melawan Kekaisaran Ottoman, berhasil merebut Aqaba pada bulan Juli dan melancarkan serangkaian serangan sukses terhadap Ottoman. Negara-negara lain seperti Yunani dan Brasil juga bergabung dengan Sekutu, memperluas cakupan global konflik ini.

Pada bulan Desember 1917, ketidakpuasan terhadap perang mencapai puncaknya di banyak negara Eropa, dengan tuntutan untuk mengakhiri perang semakin kuat. Di Austria-Hungaria dan Jerman, kerusuhan sosial dan ketegangan internal meningkat. Rusia menarik diri dari konflik melalui perjanjian gencatan senjata di Brest-Litovsk, yang secara efektif mengakhiri pertempuran di Front Timur. Tahun 1916 dan 1917 menunjukkan perubahan besar dalam dinamika Perang Dunia I, dengan pertempuran besar dan perubahan politik yang mengarahkan dunia menuju babak akhir perang yang semakin brutal.

Pada tahun 1918, Perang Dunia I mendekati titik baliknya yang dramatis setelah empat tahun konflik yang menghancurkan. Musim semi tahun itu dimulai dengan Jerman yang melancarkan serangan besar-besaran, memanfaatkan kelelahan Sekutu dan berharap untuk mengamankan kemenangan sebelum Amerika Serikat dapat memobilisasi sepenuhnya. Operasi Michael, serangan terbesar Jerman, menyerang garis Sekutu di Front Barat dengan kekuatan besar. Pertempuran yang berdarah menghancurkan desa-desa dan mengubah medan menjadi tanah tandus. Pasukan Jerman berhasil menembus garis Sekutu, memaksa mereka untuk mundur dalam kekacauan. Namun, keberhasilan awal ini tidak berlangsung lama.

Sekutu, dengan bantuan pasukan Amerika yang semakin kuat, merespons dengan serangan balik yang gigih. Serangan Champagne-Marne menjadi titik balik, menghentikan kemajuan Jerman dan memaksa mereka untuk mundur. Serangan-serangan berlanjut sepanjang musim panas dan musim gugur dalam apa yang dikenal sebagai Serangan Serbaguna 100 Hari Terakhir. Pasukan Sekutu, dipimpin oleh Jenderal Foch, melancarkan serangkaian operasi yang terkoordinasi dengan baik, merebut kembali wilayah yang telah lama diduduki oleh Jerman.

Di sisi politik, revolusi meruntuhkan Jerman. Gelombang protes dan ketidakpuasan yang meluas memaksa Kaisar Wilhelm II untuk turun tahta dan melarikan diri ke Belanda. Revolusi ini mengarah pada pembentukan Republik Weimar dan perubahan dramatis dalam politik Jerman. Pada bulan November, gencatan senjata akhirnya ditandatangani. Gencatan senjata di Compiegne pada tanggal 11 November 1918 mengakhiri secara resmi pertempuran di Front Barat. Hari itu, yang sekarang dikenal sebagai Hari Peringatan atau Armistice Day, menjadi momen yang menandai akhir dari pertempuran yang berdarah dan penderitaan yang tak terbayangkan selama empat tahun.

Setelah perang, dunia berusaha untuk memahami konsekuensi dari kehancuran yang meluas. Perjanjian Versailles pada tahun 1919 menetapkan syarat-syarat bagi Jerman, menandai akhir resmi Perang Dunia I dan memulai proses rekonstruksi yang panjang dan perubahan geopolitik yang mendalam di Eropa dan dunia. Perang Dunia I, dengan segala kepahitannya, telah mengubah wajah dunia untuk selamanya.

Pada tahun 1918, dunia menghadapi momen penuh dramatis saat Perang Dunia Pertama mendekati akhirnya. Setelah empat tahun penuh penderitaan dan kehancuran, musim semi membawa perubahan besar dalam dinamika pertempuran di Front Barat. Jerman, dengan keyakinan untuk memenangkan perang sebelum Amerika Serikat dapat berpengaruh secara penuh, melancarkan serangan besar-besaran dalam apa yang dikenal sebagai Operasi Michael. Serangan ini memecah garis Sekutu dengan kekuatan dahsyat, memaksa mereka mundur dalam kekacauan yang mengerikan. Desa-desa hancur, medan dipenuhi dengan korban, dan Jerman berhasil membuat terobosan signifikan awalnya.

Namun, keberhasilan Jerman tidak bertahan lama. Sekutu, dengan semangat yang terus berkobar, khususnya dengan bantuan pasukan Amerika Serikat yang semakin kuat, mengorganisir serangan balik yang mendalam. Pertempuran di Champagne-Marne menjadi titik balik, di mana Sekutu berhasil menghentikan kemajuan Jerman dan memulai serangkaian operasi besar-besaran untuk merebut kembali wilayah yang telah diduduki.

Musim panas dan musim gugur menjadi waktu bagi Sekutu untuk menegaskan dominasinya. Serangan-serangan terkoordinasi terus berlanjut, dikenal sebagai Serangan Serbaguna 100 Hari Terakhir. Front Barat menjadi medan pertempuran yang mematikan, tetapi kekuatan gabungan Sekutu berhasil memaksa Jerman untuk terus mundur. Revolusi di Jerman sendiri menambah kekacauan politik, menggulingkan monarki dan membawa pembentukan Republik Weimar yang baru.

Pada bulan November, ketegangan mencapai puncaknya. Jerman, dalam situasi yang semakin putus asa, akhirnya setuju untuk gencatan senjata. Gencatan senjata ditandatangani di Compiegne pada tanggal 11 November 1918, secara resmi mengakhiri pertempuran di Front Barat. Hari ini dikenal sebagai Hari Peringatan atau Armistice Day, menjadi momen yang membawa kelegaan tetapi juga refleksi atas biaya yang sangat besar dari perang yang telah berlangsung. Setelah perang, dunia dihadapkan pada tugas yang sulit: memahami dan menangani konsekuensi dari konflik yang menghancurkan ini. Perjanjian Versailles pada tahun 1919 menetapkan syarat-syarat yang keras bagi Jerman, menciptakan ketidakpuasan yang akan berkontribusi pada dinamika politik yang rumit di masa depan. Pelajaran yang diambil dari Perang Dunia Pertama, antara lain pentingnya diplomasi yang efektif, kerjasama internasional yang kuat, dan reformasi politik yang adil untuk mencegah kembali terjadinya konflik yang merusak dan mematikan seperti ini.

Sumber :

Arifian, A. (2022). Sejarah Lengkap Perang Dunia I (1914-1918). Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Wibisono, T. (2023). Perang Dunia 1. Depok, Jawa Barat: Penerbit Cerdas Interaktif (Penebar Swadaya Grup).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun