PERAN MANGROVE DALAM PENGENDALIAAN BANJIRÂ
Hutan mangrove memiliki peran krusial dalam mengendalikan banjir, terutama di area pesisir. Ekosistem ini bertindak sebagai benteng alami yang dapat mengurangi dampak banjir serta bencana hidrometeorologi lainnya. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai kontribusi mangrove dalam pengendalian banjir:
 1. Menahan Gelombang dan Air Pasang Akar mangrove yang saling terkait dan kuat berfungsi sebagai penghalang alami yang efektif dalam meredam gelombang laut, termasuk saat terjadinya air pasang selama musim hujan atau badai. Struktur akar yang kokoh mampu memperlambat aliran air, sehingga menurunkan risiko banjir di kawasan pesisir secara signifikan.Â
2. Mengurangi Erosi dan Abrasi Banjir seringkali menyebabkan erosi tanah dan abrasi di daerah pesisir. Mangrove berperan penting dalam mengikat sedimen melalui sistem perakarannya yang kompleks, yang menjaga stabilitas tanah di sekitarnya agar tidak terbawa arus. Dengan demikian, mangrove membantu menjaga garis pantai tetap utuh.Â
3. Menyerap Air dan Mengatur Tata Air Mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air, baik itu dari limpasan hujan maupun gelombang laut. Hutan mangrove yang lebat dapat menyaring air secara alami dan memperlambat pergerakannya menuju daratan, sehingga mengurangi genangan air dan menekan potensi banjir.Â
4. Mengurangi Dampak Limpasan Air Hujan Kawasan mangrove berfungsi sebagai daerah resapan alami. Ketika curah hujan tinggi, akar mangrove menyerap sebagian air hujan dan menyimpannya di dalam tanah. Hal ini berkontribusi dalam mengurangi limpasan air hujan yang berlebihan ke daratan atau pemukiman, sehingga mengurangi risiko banjir.Â
5. Memperkuat Ekosistem Penyangga Bencana Mangrove membentuk ekosistem penyangga yang mendukung keberlanjutan lingkungan pesisir. Dengan adanya mangrove, kawasan pesisir mampu menghadapi dampak banjir, rob, dan badai dengan lebih baik. Ekosistem ini juga berperan penting dalam melindungi infrastruktur dan tempat tinggal masyarakat dari kerusakan akibat bencana alam.Â
STRATEGI PENGOLAHAN BERBASIS MASYARAKAT
Â
Pengelolaan hutan mangrove di Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna mengedepankan bukan hanya usaha konservasi lingkungan, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat. Pendekatan ini dikenal sebagai Community-Based Conservation (CBC), yang menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam menjaga kelestarian ekosistem. Berikut adalah penjelasan mengenai strategi pengelolaan berbasis masyarakat yang diterapkan di CMC Tiga Warna:Â
1. Partisipasi Aktif dalam Rehabilitasi Mangrove Masyarakat lokal berperan langsung dalam rehabilitasi hutan mangrove yang mengalami kerusakan. Kegiatan ini meliputi:Â
Penanaman Bibit Mangrove: Masyarakat bekerja bersama untuk menanam bibit mangrove di area yang terdegradasi. Penanaman dilakukan secara berkala untuk memastikan pertumbuhan optimal.Â
Pemeliharaan dan Monitoring: Setelah penanaman, masyarakat bertanggung jawab merawat dan memantau perkembangan bibit mangrove, melindunginya dari kerusakan akibat aktivitas manusia dan faktor alam. Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang pentingnya ekosistem mangrove, tetapi juga merasakan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan sekitar. 2. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi CMC Tiga Warna mengintegrasikan kegiatan konservasi mangrove dengan pengembangan ekowisata sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat. Strategi ini menciptakan hubungan timbal balik antara pelestarian lingkungan dan kesejahteraan ekonomi.
Pengelolaan Destinasi Wisata: Masyarakat terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata, termasuk menjaga kebersihan, memandu wisatawan, dan memberikan edukasi tentang pentingnya hutan mangrove.Â
Penerapan Aturan Ketat: Untuk melindungi kelestarian lingkungan, pengunjung diwajibkan mengikuti peraturan, seperti membatasi jumlah wisatawan per hari dan menerapkan sistem pendaftaran sebelumnya. Upaya ini membantu mencegah kerusakan vegetasi akibat aktivitas wisata yang berlebihan.Â
Manfaat Ekonomi Langsung: Pendapatan dari tiket masuk dan aktivitas wisata digunakan untuk mendukung program konservasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui partisipasi dalam usaha kecil, seperti penyewaan alat snorkeling, jasa pemandu, dan penjualan produk lokal. 3. Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kesadaran lingkungan dibangun melalui edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal dan wisatawan.Â
Pelatihan Konservasi: Masyarakat dilatih dalam cara menanam, merawat, dan memantau pertumbuhan mangrove secara efektif. Mereka juga diberi pengetahuan tentang pentingnya mangrove dalam pengendalian banjir dan perubahan iklim.Â
Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Lingkungan: Selain dari ekowisata, masyarakat didorong untuk mengembangkan produk ramah lingkungan, termasuk kerajinan tangan dan produk makanan lokal.Â
Edukasi untuk Wisatawan: Setiap pengunjung diberikan informasi tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove, menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian lingkungan. 4. Kolaborasi antara Masyarakat dan Pihak Terkait Pengelolaan di CMC Tiga Warna juga melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan akademisi. Kolaborasi ini menciptakan dukungan untuk keberhasilan program melalui:Â
Pendampingan Teknis: Ahli lingkungan memberikan bimbingan teknis terkait rehabilitasi mangrove dan pemantauan kualitas lingkungan.Â
Dukungan Kebijakan: Pemerintah daerah memberikan dukungan melalui kebijakan yang melindungi kawasan mangrove dari aktivitas merusak.Â
Penelitian dan Pengembangan: Akademisi terlibat untuk mengidentifikasi metode terbaik dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutanÂ
HASIL EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN BANJIR di CMC TIGA WARNA MALANGÂ
Sistem pengendalian banjir di Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi risiko banjir di kawasan pesisir Sendang Biru, Malang. Melalui rehabilitasi ekosistem mangrove seluas 73 hektar, kawasan ini berhasil mengembalikan fungsi alami mangrove sebagai benteng pertahanan terhadap banjir dan abrasi. Akar mangrove yang rimbun berperan penting dalam meredam gelombang pasang, memperlambat aliran air, dan menyerap air hujan secara alami, sehingga mengurangi genangan dan mencegah terjadinya banjir. Selain itu, ekosistem mangrove turut menstabilkan tanah di sepanjang garis pantai, mencegah erosi, dan melindungi permukiman warga dari dampak buruk pasang air. Keberhasilan sistem ini semakin terlihat berkat keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga dan merawat mangrove. Dengan edukasi yang memadai, masyarakat semakin memahami pentingnya peran mangrove dalam pengendalian banjir, sehingga mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan penanaman dan perawatan hutan mangrove secara berkala. Melalui pendekatan ini, CMC Tiga Warna tidak hanya berhasil menekan risiko banjir, tetapi juga menciptakan lingkungan pesisir yang lebih stabil, aman, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Keberhasilan ini menjadikan CMC Tiga Warna sebagai model inspiratif dalam mitigasi bencana berbasis alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H