Mohon tunggu...
Mizaluna Diazurry
Mizaluna Diazurry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menjadi apa adanya, tanpa topeng dan tanpa basa-basi. be you!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kualitas Terjemah Arab-Indonesia Ayat Al-Qur'an, Hadits dan Qoul Sahabat

28 Desember 2021   21:59 Diperbarui: 29 Desember 2021   15:12 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bagaimana kabarnya learner sejati??

saya harap dalam keadaan sehat wal'aafiyah yah :)

Analisis adalah kata yang sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari matematika, ekonomi, bisnis, manajemen, sosial, ilmu Agama dan bidang ilmu lainnya. Lalu sebenarnya apa pengertian analisis dan bagaimana contoh menganalisis kualitas terjemah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia?

Jadi secara umum, pengertian analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti; mengurai, membedakan, dan memilah hingga menentukan kualitas penerjemahan sudah baik atau belum untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.

Baik, disini saya akan mencoba untuk memberikan gambaran dan contoh ringkas terkait kualitas analisis penerjemahan yang saya ambil bahannya dari website ternama yaitu Republik Online.

1. Ayat Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an potongan surah Al-Baqarah ayat 282 :

وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ ۖ

Artinya : "Dan per saksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantara kamu"

  • Dari konteks ayat diatas kita menemukan keunikan struktur kata dalam Al-Qur'an seperti perbedaan makna pada bentuk isim fa'il. Contoh kata شاهد (syaahid), yang berarti orang yang menyaksikan, dengan bentuk shigat mubalaghah seperti شهيد (syahiid) yang berarti juga orang yang menyaksikan. Perbedaannya, kalau شاهد menunjukkan arti orang yang menjadi saksi tetapi tidak mengetahui betul-betul apa yang disaksikannya. Sedangkan kata شهيد ditujukan untuk orang yang mengetahui betul-betul peristiwa serta faktor terjadinya peristiwa tersebut.
  • Peristiwa penerjemahan ini menggunakan salah satu prosedur penerjemahan yang bernama "modulasi". Prosedur penerjemahan ini dilakukan dengan memberikan padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang artinya atau cakupan maknanya. Namun memberikan makna, pesan, atau maksud yang sama.

Dari hasil analisis teks penerjemahan ayat Al-Qur'an diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas penerjemahan tersebut "sudah relevan". Penilaian ini didasarkan karena prosedur penerjemahan yang dipadukan penerjamah amat cocok, yakni dengan prosedir modulasi. Dengan tujuan meningkatkan kualitas penerjemahan dan memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang terkandung dalam ayat Al-Qur'an tersebut.

2. Hadits

Hadits Niat

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari jalur Umar bin Khattab RA:

 عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya : "Setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang ia inginkan. Siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya maka hijrahnya karena yang dia tuju itu. (HR Bukhari dan Muslim).

  • Pertama, kalimat إِنَّمَا diartikan dalam hadist "setiap". Padahal sebagaimana yang kita ketahui bahwa arti yang seharusnya dari kalimat tersebut adalah "sesungguhnya". Mengingat kata tersebut merupakan salah satu dari huruf taukid atau disebut dengan huruf penegasan atau penekanan. Dalam ayat Qur'an diatas tidak dicantumkan terjemahannya, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil terjemahan yang paling efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerjemah melewatkan penerjemahan kata tersebut. Maka peristiwa ini masuk ke dalam prosedur penerjemahan 'reduksi', yakni prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan bagian informasi yang ada di bahasa sumber pada bahasa sasaran.
  • Kedua, kalimat الأَعْمَالُ merupakan bentuk jamak dari kata عَمَلٌ yang asal katanya adalah عَمَلَ – يَعْمَلُ . Sebagaimana yang kita ketahui artinya adalah amalan atau perbuatan. Maka dari pernyataan hadist diatas, kata الأَعْمَالُ yang diartikan "amalan" kurang tepat. Karena pada dasarnya bentuk jamak merupakan kata yang menunjukan arti banyak. Maka konteks yang tepat bisa diartikan sebagai "amalan-amalan". Selanjutnya dilihat dari susunan kalimat إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ mendefinisikan bahwa setiap amalan-amalan tergantung pada niat. Secara konstektual sudah tepat kualitas terjamahnya, jika kita ubah menjadi "setiap amalan-amalan tergantung pada niat". Hanya saja dalam penerjemahannya kurang akurat dikarenakan arti dari kalimatnya belum menggunakan arti yang sesuai dengan jamaknya. Namun demi mengurangi pemborosan kata serta memperhatikan kesesuaian dalam penerjemahan, maka penerjemah ayat tersebut pun menjelaskan kalimat tersebut dengan "amalan-amalan", yakni dengan meringkas kata "amalan". Peristiwa ini masuk ke dalam prosedur penerjemahan bernama 'Tranposisi'. Prosedur ini berkaitan dengan pengubahan dan penyesuaian struktur bahasa sumber dengan struktur bahasa sasaran.
  • Ketiga, kemudian dilihat dari kata نَوَى yang merupakan fi'il muta'adiy dengan tashrifannya نوَى – يَنْوِى  diartikan dalam jurnal "dia maksudkan". Kalau diterjemahkan secara harfiyah artinya adalah berniat, bermaksud, merencanakan, menentukan, atau merancang. Menurut saya penerjemahan yang lebih tepat dapat digunakan dengan konteks "ia niatkan" atau "apa yang ia inginkan (niatkan)" . Inilah fungsi niat, yaitu yang pertama untuk membedakan sedangkan fungsi yang kedua adalah untuk siapa ibadah yang kita lakukan. Namun lebih tepatnya lagi dapat diartikan "apa yang ia inginkan (niatkan)". Penerjemahan tersebut dapat lebih mudah dipahami daripada penerjemahan dalam jurnal asli yakni "dia niatkan". Peristiwa penerjemahan ini termasuk salah satu prosedur penerjemahan yang bernama 'parafrasa'. Parafrasa ini merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan cara memberi penjelasan tentang makna dari suatu bagian teks. Dan penerjemah pun menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa sumber.
  • Keempat, selanjutnya kita lihat dalam kalimat فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ diartikan dalam jurnal "siapa yang hijrah". Kualitas terjamahan ini masih kurang tepat dari segi makna. Karna ada huruf yang belum diartikan yaitu . Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasanya arti huruf beragam sesuai dengan kedudukan dalam suatu kalimat. Ada الفاء العاطفية (fa athofiyah) yang fungsinya untuk menghubungkan, الفاء السببية (fa sababiyah) yang fungsinya apa yang sebelumnya menjadi sebab apa yang setelahnya, الفاء الزاءدة (fa za'idah) yang fungsinya tambahan untuk menghiasi lafadz, dll. Namun pada dasarnya, setelah kita tela'ah dari konteks diatas mengarah kepada الفاء السببية (fa sababiyah) yang memiliki arti maka. Jadi arti yang tepat nya "maka siapa yang..." atau "maka barangsiapa yang..". Dalam hadits diatas tidak dicantumkan terjemahannya, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil terjemahan yang paling efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerjemah melewatkan penerjemahan kata tersebut. Maka peristiwa ini masuk ke dalam prosedur penerjemahan 'reduksi', yakni prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan bagian informasi yang ada di bahasa sumber pada bahasa sasaran.
  • Kelima, Tidak hanya sampai disitu, kita masih membahas di kalimat yang sama yaitu فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ . Dalam jurnal هِجْرَتُهُ artinya 'hijrah'. Namun menurut saya, kualitas penerjemahan ini belum sempurna. Karena, disana terdapat dhomir (kata ganti subjek) هُ yang taqdirnya هُوَ . Maka dapat diartikan dengan rinci menggunakan imbuhan -nya diakhir kata hijrah. Sehingga kata فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ dapat diterjemahkan lebih spesifik "maka siapa yang hijrahnya.." hijrah disini bukanlah perjalanan mengungsi, tapi perjalanan untuk menyelamatkan akidah Islam dibawah tekanan dan ancaman kaum kafir Quraisy.

Dari kelima hasil analisis penerjemahan hadits diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas penerjemahan hadist ini "sudah baik". Karena pada proses penerjemahan hadits ini, penerjemah melalui beberapa prosedur penerjemahan yakni prosedur parafrasa, traposisi, dan reduksi. Yang pastinya, hal-hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta keselarasan teks terjemah dengan apa yang dimaksud dalam teks yang diterjemahkan sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari hadits diatas.

3. Qoul Sahabat/Ulama

Tentang nasihat keadaan dunia

Dalam suratnya kepada Salman, sayyidina Ali bin Abi Thalib menulis:

مَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ الْحَيَّةِ ، لَيِّنٌ مَسُّهَا ، وَ السَّمُّ النَّاقِعُ فِي جَوْفِهَا

Artinya : "Kehidupan dunia ini seperti ular, lembut diraba tetapi bisa dimulutnya mematikan."

Diatas adalah penggalan teks surat sahabat Ali bin Abi Thalib kepada Salman. Disana konteks mengandung makna nasihat tentang keadaan dunia. Kualitas terjemahan ini kurang baik, karna masih terdapat terjemahan Indonesia yang belum sesuai dengan Arabnya.

  • Pertama, mari kita lihat bersama pada teks وَالسَّمُّ النَّاقِعُ فِيْ جَوْفِهَا dalam jurnalnya tertera arti "tetapi bisa dimulutnya mematikan". Terdapat 2 konteks keadaan yang menjadikan arti dari terjemahan terdapat perubahan dari makna aslinya. Yang pertama pada huruf وَ  yang merupakan الواو العاطفية (waw athofiyah) yang fungsinya sebagai konjungsi atau penghubung. Jadi, yang lebih ditepat diartikan "dan bisa dimulutnya mematikan".Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses penerjemahan teks Arab ke Indonesia tidak selalu berpatok pada satu konteks makna saja. Jadi penerjemah kadangkala akan menggunakan konteks makna yang berbeda namun masih menuju maksud yang sama. Peristiwa penerjemahan tersebut dinamakan 'modulasi'.
  • Kedua, pada kalimat السَّمُّ النَّاقِعُ فِيْ جَوْفِهَا yang dalam jurnalnya memiliki arti "bisa dimulutnya mematikan". Sebelum membahas mari kita kembali kepada asal kata daripada النَّاقِعُ .  merupakan isim fa'il dari kata نَقَعَ – يَنْقَعُ  yang artinya "merendam, mencelupkan, membasahi, menginfus". Kembali ke konteks yang ingin dianalisis, kata السَّمُّ النَّاقِعُ tepatnya dapat diartikan sebagai 'bisa / racun yang mematikan'. Karna dalam tarkibnya pada 'ilmi nahwu' merupakan na'at dan man'ut. Kata mematikan disini mensifati bisa / racun yang ada dimulut ular. Maka menurut saya penerjemahan yang tepat disini ialah ' dan racun yang mematikan ada di mulutnya'. Imbuhan (-nya) diakhir kata 'mulut' kembali ke 'ular yang memiliki bisa dimulutnya', maksutnya ditaringnya.Peristiwa penerjemahan berikut termasuk ke dalam salah satu prosedur penerjemahan yang bernama 'modulasi'. Karena penerjemah berusaha menyesuaikan makna kata tersebut dengan objeknya agar tidak janggal untuk dipahami.

Kesimpulan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam formalitas analisis kesalahan meliputi: 

(1) mengumpulkan sampel kesalahan

(2) mengidentifikasi kesalahan

(3) menyatakan kesalahan

(4) mengklasifikasikan kesalahan, dan

 (5) mengevaluasi kesalahan

tugas penerjemah yang berperan sebagai penyampai ilmu, maka kesalahan penerjemahan dapat mengganggu kualitas penyampaian. Semakin sering terjadi kesalahan penerjemahan, semakin terbuka peluang bagi pembaca untuk salah memahami makna sebenarnya dari teks aslinya. Dalam hal ini, penerjemah dan editor penerbit bertanggung jawab atas kesalah pahaman tersebut.

Secara teoritis, perbedaan kebahasaan (fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik) antara bahasa asing dan bahasa ibu (dalam hal ini antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia) akan menyulitkan orang Indonesia untuk menguasai bahasa asing (Arab). 

Jazakumullah ahsanal jaza'

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semoga bermanfaat!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun