Artinya : "Kehidupan dunia ini seperti ular, lembut diraba tetapi bisa dimulutnya mematikan."
Diatas adalah penggalan teks surat sahabat Ali bin Abi Thalib kepada Salman. Disana konteks mengandung makna nasihat tentang keadaan dunia. Kualitas terjemahan ini kurang baik, karna masih terdapat terjemahan Indonesia yang belum sesuai dengan Arabnya.
- Pertama, mari kita lihat bersama pada teks وَالسَّمُّ النَّاقِعُ فِيْ جَوْفِهَا dalam jurnalnya tertera arti "tetapi bisa dimulutnya mematikan". Terdapat 2 konteks keadaan yang menjadikan arti dari terjemahan terdapat perubahan dari makna aslinya. Yang pertama pada huruf وَ yang merupakan الواو العاطفية (waw athofiyah) yang fungsinya sebagai konjungsi atau penghubung. Jadi, yang lebih ditepat diartikan "dan bisa dimulutnya mematikan".Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses penerjemahan teks Arab ke Indonesia tidak selalu berpatok pada satu konteks makna saja. Jadi penerjemah kadangkala akan menggunakan konteks makna yang berbeda namun masih menuju maksud yang sama. Peristiwa penerjemahan tersebut dinamakan 'modulasi'.
- Kedua, pada kalimat السَّمُّ النَّاقِعُ فِيْ جَوْفِهَا yang dalam jurnalnya memiliki arti "bisa dimulutnya mematikan". Sebelum membahas mari kita kembali kepada asal kata daripada النَّاقِعُ . merupakan isim fa'il dari kata نَقَعَ – يَنْقَعُ yang artinya "merendam, mencelupkan, membasahi, menginfus". Kembali ke konteks yang ingin dianalisis, kata السَّمُّ النَّاقِعُ tepatnya dapat diartikan sebagai 'bisa / racun yang mematikan'. Karna dalam tarkibnya pada 'ilmi nahwu' merupakan na'at dan man'ut. Kata mematikan disini mensifati bisa / racun yang ada dimulut ular. Maka menurut saya penerjemahan yang tepat disini ialah ' dan racun yang mematikan ada di mulutnya'. Imbuhan (-nya) diakhir kata 'mulut' kembali ke 'ular yang memiliki bisa dimulutnya', maksutnya ditaringnya.Peristiwa penerjemahan berikut termasuk ke dalam salah satu prosedur penerjemahan yang bernama 'modulasi'. Karena penerjemah berusaha menyesuaikan makna kata tersebut dengan objeknya agar tidak janggal untuk dipahami.
Kesimpulan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam formalitas analisis kesalahan meliputi:
(1) mengumpulkan sampel kesalahan
(2) mengidentifikasi kesalahan
(3) menyatakan kesalahan
(4) mengklasifikasikan kesalahan, dan
(5) mengevaluasi kesalahan
tugas penerjemah yang berperan sebagai penyampai ilmu, maka kesalahan penerjemahan dapat mengganggu kualitas penyampaian. Semakin sering terjadi kesalahan penerjemahan, semakin terbuka peluang bagi pembaca untuk salah memahami makna sebenarnya dari teks aslinya. Dalam hal ini, penerjemah dan editor penerbit bertanggung jawab atas kesalah pahaman tersebut.
Secara teoritis, perbedaan kebahasaan (fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik) antara bahasa asing dan bahasa ibu (dalam hal ini antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia) akan menyulitkan orang Indonesia untuk menguasai bahasa asing (Arab).