Mohon tunggu...
purwanto
purwanto Mohon Tunggu... -

sebuah impian hanya akan menjadi mimpi belaka apa bila kita tidak mau melangkah untuk menggapainya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Pikiran"

9 Maret 2016   19:25 Diperbarui: 9 Maret 2016   19:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 


"http://4.bp.blogspot.com/-yX9EJ5iIPCM/Us4k-iVimBI/AAAAAAAAANY/eeu3NuQDU08/s1600/Benarkah+Alam+Semesta,+Hologram+Dari+Pikiran+Manusia-+-+Sudut+Pandang+tentang+Alam+Semesta+dalam+Jagad+Kemanusiaan.jpg"]

Namo tassa bagavato arahato sama sang Buddhasa

Namo tassa bagavato arahato sama sang Buddhasa

Namo tassa bagavato arahato sama sang Buddhasa

Terpujilah sangHyang adi buddha, yang telah mencapai penerangan sempurna.

Bapak/ibu/saudara/ri sedhamma yang berbahagia, selamat malam.

Namo sanghyang adi buddhaya.

Namo buddhaya...

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadiran, sanghyang adi Buddha tuhan yang maha esa, yang telah mencapai penerangan sempurna, para Buddha, bodhisatva,dan maha sattva.

Atas  berkah pancaran cinta kasih dan kasih sayangnya sehingga kita dapat berkumpul ditempat ini dengan keadaan sehat tanpa ada satu halangan apapun, bapak/ibu saudara/ri sedhamma yang berbahagia, Merupakan berkah karma baik bagi saya dan kita semua karena pada kesempatan yang berbahagia ini, ditempat ini kita dapat belajar, mengulas kembali sabda-sabda sang Buddha yang telah dibabarkan sekitar 2500 tahun yang lalu.

Bapak/ibu, saudara/ri sedhamma, dikesempatan yang berbahagia ini saya akan sedikit mengulas kembali salah satu sabdha Sang Buddha yang bertemakan “PIKIRAN”.

Bapak/ibu, saudara/ri sedhamma, secara umum Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.

Jadi seseorang itu bekerja itu berdasarkan pemikiran. satu misal kita melihat makanan yang enak dan kita ingin memakan itu. Semua itu berawal dari indra mata kita kontak dengan objek makanan lalu diproses oleh pikiran sehingga timbul rasa ingin makan, setelah timbul sara ingin makan maka akan menjadikan satu tindakan yaitu memakanya.

Bapak / ibu, saudara/ri, Secara buddhisme atau dalam agama Buddha, Buddha telah bersabda dalam dhammapada bab 1 ayat 1 dan2 disebutkan bahwa,

Manopubbaṅgamā dhammā,

manoseṭṭhā manomayā;

Manasā ce paduṭṭhena,

bhāsati vā karoti vā;

Tato naṃ dukkhamanveti,

cakkaṃva vahato padaṃ.

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk.

Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,maka penderitaan akan mengikutinya,

Bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Manopubbaṅgamā dhammā,

manoseṭṭhā manomayā;

Manasā ce pasannena,

bhāsati vā karoti vā;

Tato naṃ sukhamanveti,

chāyāva anapāyinī

Segala keadaan batin didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dibentuk oleh pikiran. Apabila seseorang berkata atau berbuat dengan pikiran bajik, oleh karena itu kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkannya.

Syair ini dibabarkan oleh sang Buddha karena ada satu kejadian.

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengujunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.

"Iiih..., mengapa banyak serangga yang mati di sini?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan...", celetuk yang lain. "Jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera berdiam disini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya."

"Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya", timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.

Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa "Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya!"

Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?"

"Tidak bhante", jawab mereka serempak.

Sang Buddha kemudian menjawab, "Kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu, karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat. Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."

"Bagaimana seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?" tanya beberapa bhikkhu.

Maka Sang Buddha menceritakan kisah di bawah ini:

Pada kehidupan lampau, Cakkhupala pernah terlahir sebagai seorang tabib yang handal. Suatu ketika datang seorang wanita miskin. "Tuan, tolong sembuhkanlah penyakit mata saya ini. Karena miskin, saya tak bisa membayar pertolongan tuan dengan uang. Tetapi, apabila sembuh, saya berjanji dengan anak-anak saya akan menjadi pembantu tuan", pinta wanita itu. Permintaan itu disanggupi oleh sang tabib.

Perlahan-lahan penyakit mata yang parah itu mulai sembuh. Sebaliknya, wanita itu menjadi ketakutan, apabila penyakit matanya sembuh, ia dan anak-anaknya akan terikat menjadi pembantu tabib itu. Dengan marah-marah ia berbohong kepada sang tabib, bahwa sakit matanya bukannya sembuh, malahan bertambah parah.

Setelah diperiksa dengan cermat, sang tabib tahu bahwa wanita miskin itu telah berbohong kepadanya. Tabib itu menjadi tersinggung dan marah, tetapi tidak diperlihatkan kepada wanita itu. "Oh, kalau begitu akan kuganti obatmu", demikian jawabnya. "Nantikan pembalasanku!" serunya dalam hati. Benar, akhirnya wanita itu menjadi buta total karena pembalasan sang tabib.

Sebagai akibat dari perbuatan jahatnya, tabib itu telah kehilangan penglihatannya pada banyak kehidupan selanjutnya.

Bapak/ibu, saudara/ri sedhamma, pikiran merupakan satu hal terpenting dalam diri seseorang, segala tindak tanduk seseorang ditentukan oleh pikiran, dan dibentuk oleh pikiran. Ketika seseorang mempunyai pikiran yang tidak baik maka dengan otomatis ucapan,tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan jahat. Tindakan jahat ini akan membawa dampak yang tidak baik pula kepada dirikita pribadi dan makhluk lain.  

Perlu diketahui bahwa Segala timbunan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang sampai kapanpun pasti akan berbuah dengan penderitaan, entah esok,lusa,atau dikelahiran yang akan datang. Bapak/ibu saudara/ri sedhamma dalam kehidupan ini sang Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah penderitaan namun disamping itu Buddha juga mejelaskan dan menunjukan jalan bagai mana cara kita agar dapat terbebas dari penderitaan itu.

Dalam dhamacaka pavatana Sutta, Buddha menjelaskan tentang empat kasunyataan mulia yang terdiri dari dukkha, sebab dhukkha , lenyapnya dhukkha, dan jalan menuju lenyapnya dhukka. Untuk dapat terlepas dari dhukka ini diantaranya Buddha mengajarkan tentang jalan tengah berunsur delapan atau hastaariyamagga yang terdiri diantaranya adalah pikiran benar.

Mengapa demikian ? karena melalui pikiran yang baik, pikiran yang terjaga, pikiran yang penuh konsentrasi maka tindak tanduk seseorang akan terjaga, akan teratur, dan akan mencapai kebijaksannaan,nibanna.

Bagai mana cara kita untuk bisa berlatih mengebangkan pikiran yang baik ? yaitu salah satunya dengan bermeditasi, mengebangkan cinta kasih kita, seperti yang telah tertera dalam karaneametta Suta.

Dijelaskan bahwa “Jangan menipu orang lain

Atau menghina siapa saja.

Jangan karena marah dan benci

Mengharapkan orang lain celaka.

Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya

Melindungi anaknya yang tunggal,

Demikianlah terhadap semua makhluk

Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta

Bapak /ibu, saudara/ri sedhamma demikian pula hal yang harus kita laksanakan setiap saat, setiap waktu, dimanapun dan kapanpun, meski hanya melalui pikiran marilah kita senantiasa berpikir yang baik, agar kita dapat terbiasa dengan pikiran yang baik, sehingga akan baik pula tindak tanduk kita. Perlu kita ketahui bahwa pikiran kita hanya dapat berpikir satu hal pada saat yang bersamaan, satu misal ketika indra kita kontak dengan satu objek. Misal saja kita melihat orang yang sudah tua mau menyebrang jalan, seketika jika kita terlatih dengan pikiran yang baik pasti kita akan berusaha menolongnya, dan pada saat pikiran kita berfikir hal yang baik itu maka pikiran yang jahatpun akan tertutup dan tidak timbul, namuh sebaliknya pula jika kita berpikir Jahjat maka pikiran baik itu yang akan tertimbun.

Bapak /ibu, saudara/ri sedhamma, sang buddha telah membabarkan dengan jelas bawasanya kita sebagai umat manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dipenuhi dengan tanha (nafsu keingginan) kta masih sering memiliki rasa benci,iri hati kepada orang lain. Namun jangan hanya karena rasa kebencian kemarahan kita yang mengacu pada keegoisan kita sendiri, kita mengharapkan orang lain celaka, namun sebaliknya kita harus senatiasa mampu mengbangkan rasa cintakasih dan kasih sayang kita terhadap semua mahluk.

Bapak /ibu, saudara/ri sedhamma, perlu kita ketahui bahwa melalui pikiran akan mengkondisikan ucapan, melalui ucapan akan mengkodisikan perbuatan, melalui perbuatan yang sering diulang-ulang akan menjadikan suatu kebiasaan, dan kebiasaan inilah yang akan menjadi karakter diri kita, maka dari itu hendaknya marilah kita senatiasa menjaga pikiran kita agar dapat berpikir yang positif didalam melihat segala keadaan duniawi, agar kita tidak terlarut dalam kesenagan-kesenagan yang membawa dirikita terprosot jauh dalam penderitaan.

Bapak /ibu, saudara/ri sedhamma, demikianlah sedikit pengetian dan pemahaman tentang pikiran, dan perlu saya tekankan ada hal yang mendasar dalam penyampaian saya diantaranya, pikiran adalah pelopor dari segala tindakan kita, dan kita haru senatiasa menjaga dan mengedalikan pikiran kita, jangan sampai kita dikendalikan oleh pikiran kita, dan marilah kita bersama-sama melatih diri untuk selalu mawas diri dimanapun dan kapanpun. Dan marilah kita senatiasa berbuat kebajikan melalui pikiran,ucapa, danperbuatan, agar hidupkita dapat bermanfaat bagi dirikita dan mahluk lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun