“Tiga hari lagi tahun akan berganti. Apa kau akan menikmati hidupmu sepereti tahun-tahun kemaren?”
Aku masih saja terdiam.
Beberapa menit kemudian kakek itu bangkit dan berkata. “Yakinlah Nak!” dengan membawa kantong yang berisikan barang bekas. Ia pergi berjalan menjauh menuju masjid yang letaknya tak jauh dari gedung kantor di depanku.
Merenung. Mencerna perkataan kakek itu. “Nampaknya aku perlu melakukan apa yang dikatakan kakek tadi.” Aku mulai bangkit. Membayar minuman yang aku beli dan berjalan menuju masjid.
Sampai di depan masjid. Rasa canggung kembali menghentikan langkahku. “Ah, apa nanti nasibku akan berubah?” beberapa menit terdiam. “Aku harus bisa merubah kehidupanku.”
Dengan sedikit memaksakan langkah kaki, aku berjalan menuju masjid. Wudlu. Sholat dan tak lupa berdo’a di akhir ibadahku. “Seperti ada yang berbeda hidupku hari ini.”
Keluar. Duduk di serambi. Melihat-lihat gedung yang berjejeran megah di depan masjid. Penglihatanku terhenti beberapa menit di gedung yang tadinya aku ingin datangi. “Aku harus diterima di kantor itu. Aku harus yakin.”
Kehidupanku di tahun yang akan datang harus berbeda dengan sebelumnya. Tahun ini akan menjadi kenangan yang perlu ditutup dan perlu diganti dengan kehidupan baru. Aku harus bekerja. Aku harus pindah dari kontrakanku dulu. Aku perlu suasana baru. Aku harus melupakan semua kegitan burukku itu.
“Selamat siang Pak.” Aku masuk ke dalam ruangan kantor.
“Ya siang. Silahkan duduk. Ada perlu apa?” Aku pun menjelaskan kedatanganku.
Dan mulai detik ini. Saya hapuskan yang namanya rasa malas dan canggung dalam diriku. Aku pun sadar bahwa kehidupan memanglah membutuhkan perubahan. Perubahan itu membutuhkan keyakinan dan yang pasti berdo’a menjadi kunci keberhasilan.