Mohon tunggu...
Tri Novia
Tri Novia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Miss Via

Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur | Public Speaking and Communication Trainer

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pola Komunikasi dalam Membentuk Budaya Organisasi

8 Juli 2021   20:31 Diperbarui: 8 Juli 2021   20:35 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PARADIGMA

Konstruktivis

TOPIK 

Komunikasi Dalam Budaya Organisasi

JUDUL PENELITIAN 

Pola Komunikasi dalam Membentu Budaya Organisasi PT.Permata Group Indonesia

LATAR BELAKANG 

Penelitian ini berawal dari sebuah fenomena dari sebuah penelitian yang saya temukan mengenai pola komunikasi yang terjadi di PT Permata Indoensia Group. 

Saya melihat fenomena bahwasannya 90% karyawan PT Permata Indonesia Group adalah berusia 21- 35 tahun dengan berbagai posisi mulai dari staff hingga jajaran manager perusahaan. 10% sisanya adalah jajaran eksekutif dan general manager yang reta-rata berusia 35 tahun hingga 60 tahun. 

Melalui data tersebut, dapat kita lihat bahwasannya perusahaan ini memiliki karyawan dengan mayoritas generasi millennial dan dipimpin oleh X hingga baby boomers. 

Lebih menariknya lagi, ada salah satu unit kerja yaitu pada bagian unit pengembangan dan pelatihan, dimana manager nya dipimpin oleh seorang lelaki berusia 23 tahun sedangkan tim unitnya berusia 28 tahun hingga 33 tahun. 

Hal ini menjadi menarik karena dalam organisasi ini seharusnya terlihat gap komunikasi antara generasi, namun yang terjadi adalah sebaliknya. 

Perusahaan Permata Indonesia tidak merasakan adanya gap komunikasi antar posisi dan lintas generasi, mereka bahkan biasa memiliki budaya mengemukakan pendapatnya kepada atasan tanpa sungkan hingga memberikan kritik kepada atasan secara langsung.

Sebuah organisasi tentunya memiliki tujuan dan struktur yang dipgang perannya oleh manusaia dalam mengkoordinasikan aktifitas di organisasi tersebut. Sudah selayaknya organisasi menjadi satu tempat dimana seluruh SDM di dalamnya memiliki tujuan yang sama dengan melakukan kerja sama. 

Korelasi anatara organisasi dan komunikasi terletak pada kumpulan orang-orang yang tergabung dalam mencapai tujuan yang sama (Romli, 2011). 

Pola komunikasi tentunya dapat membuat kepemimpinan pada sebuah organisasi menjadi lebih efektif serta organisasi dapat mencapai tujuannya di dalamnya. 

Sebaliknya, komunikasi yang tidak dilakukan dengan baik, akan sering sekali menimbulkan konflik-konflik apda sebuah organisasi. Dari semua hal ini, tentu pola komunikasi yang efektif ini akan membentuk sebuah budaya organisasi yang diinginkan.

Dalam membentuk suatu budaya organisasi, peran seorang pemimpin sangatlah penting.  Budaya dan pola komunikasi yang efetif, tentu diharapkan mampu memecahkan segala konflik yang terjadi secara internal di sebuah organisasi. Pemimpin diharapkan dapat melakukan komunikasi serta interaksi yang baik dan harmonis dalam memimpin timnya. 

Sedangkan, tantangan terbesar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana penyapaian informasi yang diberikan, dapat dipahami secara menyeluruh pada setiap anggota organisasi di dalannya, proses ini disebut dengan aliran informasi. Semakin baik aliran komunikasi yang terjadi, semakin efektif proses aliran komunikasi ini berjalan, budaya organisasi tentunya akan mengikuti.

Budaya organisasi mewarnai seluruh sikap dan perilaku yang dilakukan oleh seluruh karyawan di sebuah organisasi, bagaimana karyawan tersebut terlibat did dalam proses komunikasi sesuai dengan kondisi dari budaya organisasinya. Budaya apa yang ingin dibangun, tentu bisa ditanamkan dari komunikasi dan pesan yang sering pemimpin sisipkan. 

Jadi, dapat kita simpulkan bahwasannya budaya organisasi itu tidak muncul dan terbentuk secara tiba-tiba, namun budaya organisasi ini difasilitasi dalam suatu peristiwa komunikasi. Dari seluruh fenomena yang terjadi lingkungan kerja PT Permata Group Indonesia tentu merupakan hal unik yang terjadi. 

Disaat perusahaan lain sedang berusaha menemukan cara agar pola komunikasi perusahaan yang efektif hingga dapat membentuk budaya organisasi, PT. Permata Group Indonesia telah maju satu Langkah.  

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengetahui pola komunikasi dalam memabngun budaya organisasi PT. Permata Group Indonesia, dengan harapan pola komunikasi ini bisa memberikan harapan baru bagi organisasi lainnya dalam. Membentuk budaya organisasi lebih efektif melalui proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasinya.

TEORI KOMUNIKASI : 

Teori Komunikasi yang digunakan adalah Teori Interaksionisme simbolik dan  Teori Sosialisasi Organisasi. Interaksinosime simbolik merupakan salah satu teori dengan pendekatan teoretis yang banyak diadopsi oleh para peneliti dalam mengkaji budaya organisasi. 

Menurut Brown (1990), teori interaksi simbolik dalam budaya organisasi menitikberatkan pada digunakannya simbol-simbol budaya dalam organisasi seperti simbol verbal, simbol nonverbal, simbol fisik, dan simbol perilaku. Menurt Herbert Blumer dalam  Wahyudin (2016) , asumsi-asumsi interaksionisme simbolik meliputi:

  • Manusia itu bertindak atau bereaksi akan suatu hal berdasarkan makna-makna yang dimiliki benda itu bagi mereka;
  • Makna-makna itu merupakan hasil dari melakukan interaksi sosial dalam masyarakat secara luas sebagai manusia;
  • Makna-makna kemudian dimodifikasi dan ditangani melalui sesuatu proses penafsiran atau pemaknaan yang digunakan setiap individu dalam keterlibatanya dengan tanda-tanda atau symbol yang didapatkan ataupun dihadapinya.

Pada dasarnya, interaksi simbolik ini dapat berlangsung di berbagai pemikiran serta apa  makna yang melekat pada sebuah kelompok. Individu dan komunitas atau kelompok merupkan actor atau pemain, dimana dua hal ini tidak dapat dipisahkan dan juga slaing berkaitan satu dengan yang lainnya. Tindakan individu yang dihasilkan merupakan hasil "stimulus internal dan eksternal" atau dari "bentuk sosial diri dan kelompok".

Teori sosialisasi organisasi adalah teori yang menekankan pada proses sosialisasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Teori ini mengasumsikan, bahwa anggota baru yang pertama kali masuk dalams ebuahorganisasi pada tingkat yang paling bawah dan perlahan akan naik posisinya berdasarkan hierarki setelah mereka berasimilasi. 

Menurut Van Maanen dan Schein (1979), terdapat tiga tahap dalam proses sosialisasi organisasi yaitu functional area, inclusionary, dan hierarchical. Proses asimilasi yang terjadi akan terbagi dalam beberapa bagian besar. Tahapan dari proses sosialisasi dalam organisasi tersebut meliputi :

  • Anticipatory Socialization
  • Suatu bentuk sosialisasi yang terjadi sebelum orang yang bersangkutan amsuk kedalam sebuah organisasi. Hal ini menekankan sosialisasi terhadap pekerjaan dan bahkan makna sosialisasi itu sendiri
  • Encounter
  • Ini adalah tahapan pengertian yang terjadi ketika karyawan sudah mulai masuk kepada sebuah organisasi, karyawan baru tentu harus membuang smeua nilai dan budaya dari yang ia miliki sebelumnya dan melakukan adaptasi dengan lingkungan organisasi yang baru.
  • Metamorphosis
  • Tahap ini adalah tahap dimana proses adaptasi berhasil, karyawan mampu bermetamorfosis dengan membentuk budaya organisasi yang baru di dalam dirinya.Karyawan tersebut pun telah diterima sepenuhnya oleh organisasi.

METODOLOGI : 

Penelitian  ini  menggunakan  metode  penelitian pengamatan lapangan (fields research) dan dikombinasikan dengan melakukan wawancara kepada para informan. 

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan penelitian adalah para karyawan PT Permata Group Indonesia yang telah bekerja lebih dari 2 tahun. 

Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa karyawan yang telah bekerja lebih dari satu tahun sudah melakukan adaptasi dengan budaya organisasi. Total populasi yang ada di dala PT Permata Group Indonesia yang telah bekerja lebih dari 2 tahun berjumlah 38 orang, sehingga peneliti mengambil seluruh populasi ini untuk dilakukan wawancara dan fields research. Metode pengumpulan data tersebut antara lain wawancara mendalam, pengamatan lapangan, serta dokumentasi.  

Sementara itu analisis analisis  data  terdiri  dari  tiga  komponen  pokok  yaitu  reduksi  data,  sajian  data,  dan  penarikan  kesimpulan.  Untuk menguji validitas data, peneliti melakukan Teknik triangulasi,  yaitu  sebuah teknik  untuk mengecek pemeriksaan,  keabsahan  suatu data  yang memanfaatkan hal lain di luar  data  itu  untuk  melakukan  pengecekan  terhadap  data  tersebut (Moleong dalam Rini dan Dedeh, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Brown, A. (1990). Organization Culture. London: Pitman Publishing

Romli, K. (2011). Komunikasi Organsasi Lengkap. Jakarta : Grasindo

Van Maanen, J. & Schein, E. G. (1979). Toward a theory of organizational socialization. In B. M. Staw (ed), Research in Organizational Behaviour. Greenwich, CT: JAI Press, Inc.

Wahyudin. (2016). Kepemimpinan Perguruan Dalam Perspektif Teiru Interaksionisme Simbolik dan Dramturgi. Jurnal Studi Islam dan Humaniora. Vol 14 (2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun