"Woi Ning, 400-an juta cuma hasilin kertas yang ditukar dengan status karyawan, gaji umr-an lebih dikitan, dengan lebih dulu ngemis-ngemis aka lamar kerjaan, otak lu waras nggak sih Ning?"
"Eh eh iya, huh!"
"Starting point sukses lu itu, kalo lu bisa mbalikin uang kuliah lu, dari gaji lu, bukan gaji pertama lu, jabatan lu, karir sukses lu!"
"Kalau lu hitung 400 jutaan ditambah lain-lain biaya hidup, anggep aja total 600 jutaan dibagi gaji umr-an lebih dikit, dikit lebih lu, jadinya brapa tahun? Hah!"
"Diem lu Jo!"
"Gimana gua mo diem, kalo papa lo terancam homeless Ning!"
"Dasar!"
Haning tak mampu membendung air matanya, makin deras mengalir. Egonya terbang jauh, pesan-pesan panjang dari papanya melayang-layang lagi di depan matanya. Papa, papa, aku harus bagaimana? Salahkah aku.. salahkah papa?"
.
Malam sepi, nyanyi sunyi, dibalik tirai aku mengadu.Â
doa doa tak berlagu berkumandang ke cakrawala, meniup hasrat, matikan pedih.Â