"Eh eh iya, huh!"
"A apa pa?"
"Tuh kan!"
"Huh!"
Haning tak bisa menyembunyikan keresahan hatinya, sebuah pesan dari papanya membunuhnya tiba-tiba, menghancurkan angkuh hatinya, memaksanya menjatuhkan air mata.
"Lah nangis"
"Diem lu Jo!"
"Bener kan Ning! Kalau elo itu belum sukses, buktinya lo malah nangis, boleh kutebak wa nya?"
"Pa an?"
Jojo terkekeh-kekeh, seperti mampu membaca pikirannya. Haning tak mampu membendung air matanya, makin deras. Egonya terbang jauh, pesan-pesan panjang dari papanya melayang-layang di depan matanya,
[Â Nak, gimana, udah ada belum uangnya? Sebentar lagi pihak bank mau datang menagih cicilan hutang, kalau telat, rumah kita bisa disita, dan papa tak tahu harus tidur dimana ha ha ha... eh, papa yakin kok kamu bisa segera tf papa, bukankah gajimu udah banyak? He he he] Â