Mohon tunggu...
sukarti dimejo
sukarti dimejo Mohon Tunggu... Buruh - buruh harian lepas

berusaha menikmati hidup dengan menulis, terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Sesat)

18 Juli 2024   03:54 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:45 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingey Injury Law Firm on Unsplash "> photo by Tingey Injury Law Firm unsplash

"Tapi ia membuatku gila dengan perkosaannya!"

"Kau melanggar laranganNya, yaitu menghormati orangtua!"

"Durhaka!"

"Apa? Kau mengataiku durhaka?"

"Aaahh!"

"Aaahhh! Kobis!" Paul memukul-mukul kepalanya yang tak ada, sebab ia memang sudah tak ada, hanya seonggok jiwa, yang dinilai dengan tinta merah, nilai buruk, tercetak dengan huruf italik. Sang pembawa buku tak peduli dengan perlakuan sang wanita atas perjalanan hidupnya, sejak balita hingga tua. Yang ada hanya, kalimat-kalimat penghakiman, yaitu: kamu berdosa, kamu berdosa, kamu tidak menghormati orangtua!

"Aaahh!"

.

.

Jika aku senja, aku kan menawarimu cakrawala..

Jika aku malam, aku kan menyelimutimu dengan kiasan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun