Aku mau marah! Aku tak peduli, aku muak, aku...
"Aaahh!"
Dasar jalang, setan, kobis! Tak seharusnya suratan ini tertulis seperti ini. Semestinya nilaiku tak diberi warna merah, tak dicetak miring! Apa kamu tak pernah mengerti? Apa kamu sama saja seperti mereka-mereka yang melihat dari sisi ha ha hi hi, kesopan-santunan yang menutupi perkosaan verbal maupun fisik yang telah berlangsung tahunan?
"Ha!"
"Hei"
Kenapa kau masih saja tak bergeming? Tanganmu masih saja diam tak bereaksi? Tulis! Ganti! Seperti kenyataan yang hakiki! Keadaan yang terpapar selama ini, bukan basa-basi atas nama durhaka sang durjana.
"Durhaka!"
"Apa? Kau mengataiku durhaka?"
"Aaahh!"
Dasar jalang, setan, kobis! Tak seharusnya suratan ini tertulis seperti ini. Semestinya nilaiku tak diberi warna merah, tak dicetak miring! Paul meradang. Kenyataan yang ia bawa menguap begitu saja, tertelan udara panas yang berhembus dari bawah, tertelan udara sejuk dari langit. Sementara sosok di depan matanya masih saja kukuh pada pendiriannya, seperti karang yang teguh dimana diatasnya telah dibangun pondasi kesetiaan.