Mohon tunggu...
sukarti dimejo
sukarti dimejo Mohon Tunggu... Buruh - buruh harian lepas

berusaha menikmati hidup dengan menulis, terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Sesat)

18 Juli 2024   03:54 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mau marah! Aku tak peduli, aku muak, aku...

"Aaahh!"

Dasar jalang, setan, kobis! Tak seharusnya suratan ini tertulis seperti ini. Semestinya nilaiku tak diberi warna merah, tak dicetak miring! Apa kamu tak pernah mengerti? Apa kamu sama saja seperti mereka-mereka yang melihat dari sisi ha ha hi hi, kesopan-santunan yang menutupi perkosaan verbal maupun fisik yang telah berlangsung tahunan?

"Ha!"

"Hei"

Kenapa kau masih saja tak bergeming? Tanganmu masih saja diam tak bereaksi? Tulis! Ganti! Seperti kenyataan yang hakiki! Keadaan yang terpapar selama ini, bukan basa-basi atas nama durhaka sang durjana.

"Durhaka!"

"Apa? Kau mengataiku durhaka?"

"Aaahh!"

Dasar jalang, setan, kobis! Tak seharusnya suratan ini tertulis seperti ini. Semestinya nilaiku tak diberi warna merah, tak dicetak miring! Paul meradang. Kenyataan yang ia bawa menguap begitu saja, tertelan udara panas yang berhembus dari bawah, tertelan udara sejuk dari langit. Sementara sosok di depan matanya masih saja kukuh pada pendiriannya, seperti karang yang teguh dimana diatasnya telah dibangun pondasi kesetiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun