kembalilah kau ke titik mula-mula
dan perbuatlah semaumu saja
.
.
"........................."
"Lho sus?"
"Sus?"
"Kok malah melamun?" ia buyarkan lamunanku yang datang, sejak ia mulai membaca kalimat kedua.
"Eh enggak kok, bagus banget tuh. Kok bisa mas Galau bikin ginian? Padahal kan belum makan siang?" bujukku padanya agar mau makan siang
"Makan siang?"
Jawaban yang sama, dari awal mula ia berada di sini, hingga saat ini, kala purnama sudah berkali-kali terbit dan belasan kali surat dengan tujuan yang sama aku temukan di atas meja kerja kami, dengan judul, kepada sang Nabi, yang isinya hanya beberapa coretan persoalan kegalauan dan sebait puisi pasrah diri,