"Ssst!"
Aduhh, aku ngompol!
                                                                        ***
Srek srek, Andi menutup catatan harian yang selalu buatnya tersenyum geli, lalu tertawa tiba-tiba, kemudian biasanya diikuti keinginan kuat untuk menangis, meneteskan banyak air mata. Sebuah buku catatan dengan nama pemilik yang ditulis dengan ukuran besar, "Jon saja".
"Istirahat yang damai ya Jon..." Andi mengelus batu nisan sang teman, lulusan Sastra yang meninggal di rumah sakit jiwa dengan bahagia, sebab selalu bertemu dengan si manis yang jari telunjuknya selalu di bibir saat menghantar makan, entah pagi, siang, atau malam.
.
.
.
jangan biarkan aku menjadi pagi...
karena aku seorang penyendiri.
Jangan biarkan aku mengikat benang mimpi,
karena sebuah sembilu akan menginap di hati.
Jangan biarkan aku mengukir indahnya pagi,
karena kau telah mengetahui rahasia ini.
Beri saja aku waktu, untuk duduk sendiri di ujung malam,