Namun, bagi Gen Z, kartu kredit sering kali dianggap terlalu rumit, kaku, dan tidak sesuai dengan gaya hidup digital mereka yang serba cepat dan praktis.
Generasi Z menginginkan solusi yang lebih fleksibel, yang memungkinkan mereka melakukan transaksi secara instan tanpa harus terbebani oleh proses pengajuan yang panjang dan bunga yang tinggi.Â
Di sinilah PayLater muncul sebagai solusi yang tepat. PayLater memungkinkan pengguna untuk membeli barang atau layanan sekarang, dan membayar nanti dalam jangka waktu tertentu, tanpa perlu menggunakan kartu kredit.
Keunggulan PayLater dibandingkan dengan kartu kredit tradisional terletak pada proses aplikasi yang jauh lebih sederhana.Â
Pengguna hanya perlu mengunduh aplikasi dari platform yang menyediakan layanan ini, seperti Shopee, Gojek, atau Tokopedia, dan mereka langsung dapat menggunakan layanan tersebut setelah mendaftar dan memenuhi persyaratan yang relatif mudah.Â
Dengan teknologi yang canggih, sistem ini memungkinkan transaksi yang cepat dan aman tanpa harus melalui birokrasi panjang yang biasa ditemukan pada pengajuan kartu kredit.
Selain itu, PayLater juga menawarkan pembayaran yang lebih fleksibel. Pengguna dapat memilih tenor atau jangka waktu pembayaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.Â
Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen Z, yang sering kali lebih memilih kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi.
Disruptive Innovation: PayLater Mengisi Celah Kebutuhan Kredit Mikro
Di dunia ekonomi, fenomena PayLater dapat dipandang sebagai salah satu bentuk disruptive innovation.Â
Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh Clayton Christensen, yang mengemukakan bahwa inovasi disruptif terjadi ketika teknologi baru mengubah pasar yang ada dengan cara yang lebih sederhana dan lebih terjangkau.Â
Dalam hal ini, PayLater berhasil menciptakan sebuah model pembayaran yang lebih mudah diakses, khususnya oleh generasi muda yang sebelumnya kesulitan mendapatkan akses ke produk-produk kredit tradisional.