Pernah merasa dompet cepat kosong padahal gajian baru lewat seminggu? Atau mendadak kaget melihat saldo rekening seperti menguap begitu saja?Â
Tenang, kamu tidak sendiri! Kebiasaan boros ternyata bukan hanya soal hobi belanja atau impulsif, lho. Menurut ilmu psikologi, ada alasan mendalam yang membuat seseorang sulit menahan diri untuk mengeluarkan uang.
Dalam dunia yang dipenuhi dengan godaan konsumerisme, memahami penyebab kebiasaan boros menjadi langkah awal untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.Â
Yuk, kita bahas secara rinci faktor-faktor yang sering kali menjadi akar masalah keuangan yang berantakan:
1. Godaan Diskon dan Strategi Marketing yang Menggiurkan
Siapa yang tidak tergoda dengan tulisan "Diskon 50% " atau "Beli 1 Gratis 1"?Â
Strategi pemasaran dirancang untuk membuat kita berpikir bahwa ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan.Â
Namun, sering kali kita malah membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Diskon memberikan kesan bahwa kita sedang menghemat uang, padahal kenyataannya, kita justru mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang yang tidak relevan.Â
Promosi seperti "gratis ongkir" atau "bonus poin" juga sering kali menjadi jebakan psikologis yang mendorong kita untuk membeli lebih banyak.Â
Sebelum tergoda untuk membeli barang dengan alasan diskon, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan.Â
Membuat daftar belanja sebelum pergi ke toko atau membuka aplikasi belanja online juga dapat membantu membatasi pengeluaran yang tidak perlu.Â
Selain itu, menetapkan anggaran khusus untuk pembelian impulsif dan disiplin mematuhinya adalah langkah penting untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.
2. Efek Emosional: Belanja Sebagai Pelarian
Ketika merasa stres, bosan, atau bahkan bahagia berlebihan, banyak orang menggunakan belanja sebagai cara melampiaskan emosi. Fenomena ini dikenal dengan istilah retail therapy.Â
Menurut penelitian, membeli sesuatu dapat memberikan rasa kontrol atau kebahagiaan sementara. Namun, efek ini hanya sesaat, sementara tagihan kartu kredit bisa bertahan lebih lama.
Untuk mengatasi belanja sebagai pelarian emosional, penting untuk mencari alternatif yang lebih sehat dalam menghadapi stres atau kebosanan.Â
Berolahraga, bermeditasi, atau berbicara dengan teman adalah beberapa pilihan yang dapat membantu mengalihkan perhatian dari dorongan belanja.Â
Jika dorongan untuk belanja muncul, beri waktu jeda selama 24 jam sebelum membuat keputusan untuk memastikan bahwa pembelian tersebut benar-benar diperlukan.Â
Menulis jurnal juga bisa menjadi cara efektif untuk mencatat emosi dan memahami pola perilaku belanja yang tidak sehat.
3. Kurangnya Perencanaan Keuangan
Banyak orang boros karena tidak memiliki rencana keuangan yang jelas.Â
Mereka cenderung menganggap uang yang dimiliki saat ini harus segera dihabiskan tanpa memikirkan kebutuhan masa depan.Â
Akibatnya, pengeluaran menjadi tidak terkontrol, terutama untuk hal-hal konsumtif seperti makan di luar atau membeli barang-barang bermerek.
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi kebiasaan boros adalah dengan membuat anggaran bulanan yang mencakup kebutuhan, keinginan, dan tabungan.Â
Metode seperti 50/30/20 dapat menjadi panduan sederhana untuk membagi pendapatan. Selain itu, mencatat setiap pengeluaran harian akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ke mana uangmu pergi.Â
Dengan memiliki tujuan finansial jangka pendek dan jangka panjang, kamu bisa lebih fokus dalam mengelola keuangan dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
4. Dopamin dan Keseruan Berbelanja
Tahukah kamu bahwa saat berbelanja, otak kita melepaskan dopamin? Dopamin adalah zat kimia yang membuat kita merasa senang.Â
Sensasi ini sering kali membuat kita terus mengejar pengalaman belanja berikutnya.Â
Tidak heran jika scrolling aplikasi belanja atau berburu barang di wishlist terasa seperti permainan yang seru dan tak ada habisnya.
Untuk mengurangi efek dopamin dari belanja, kamu bisa membatasi waktu yang dihabiskan untuk membuka aplikasi belanja.Â
Membuat daftar belanja yang jelas sebelum memutuskan membeli sesuatu juga dapat membantu menghindari pengeluaran impulsif.Â
Memberikan jeda waktu beberapa hari sebelum membeli barang yang diinginkan akan memastikan bahwa keputusan tersebut sudah dipikirkan secara matang dan bukan berdasarkan dorongan sesaat.
5. FOMO (Fear of Missing Out)
Media sosial sering kali membuat kita merasa perlu mengikuti tren atau gaya hidup tertentu.Â
Ketika teman memposting tas baru, kita jadi ingin juga.Â
Saat influencer memamerkan gadget canggih, langsung masuk wishlist. Fenomena ini dikenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO), yang membuat kita takut ketinggalan atau merasa tidak cukup baik jika tidak mengikuti tren.
Mengatasi FOMO membutuhkan kesadaran untuk memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu bisa dibeli.Â
Fokus pada kebutuhan dan tujuan jangka panjang dapat membantu mengurangi tekanan untuk mengikuti tren.Â
Selain itu, mengurangi waktu yang dihabiskan untuk scrolling media sosial dapat membantu menghindari pemicu FOMO.Â
Mengalihkan perhatian pada kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti meningkatkan keterampilan atau produktivitas, juga bisa menjadi cara efektif untuk menyeimbangkan gaya hidup.
Hemat Bukan Berarti Pelit
Mengelola keuangan dengan bijak adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan masa depan.Â
Hemat bukan berarti pelit, melainkan cara untuk memastikan bahwa kebutuhan utama tetap terpenuhi dan masa depan lebih terjamin.
Menetapkan tujuan tabungan dengan tenggat waktu tertentu, seperti dana darurat atau liburan, dapat memberikan motivasi untuk menyisihkan uang.Â
Selain itu, mengganti kebiasaan konsumtif dengan kegiatan yang lebih produktif, seperti membaca buku atau belajar keterampilan baru, juga bisa membantu mengelola keuangan dengan lebih baik.Â
Hindari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki gaya hidup lebih mewah, karena setiap orang memiliki prioritas dan kondisi finansial yang berbeda.
Kesimpulan
Mengelola keuangan dengan bijak bukanlah hal yang mudah, terutama jika kita sering terjebak dalam kebiasaan boros.Â
Namun, dengan mengenali faktor-faktor penyebabnya, kamu bisa mulai memperbaiki cara mengelola uang.Â
Mulailah dengan membatasi godaan diskon, mengendalikan belanja emosional, merencanakan keuangan, dan mengatasi pengaruh FOMO.
Ingat, keputusan finansial hari ini akan berpengaruh besar pada masa depanmu.Â
Dengan langkah-langkah sederhana, kamu bisa memiliki kehidupan yang lebih stabil secara finansial.Â
Yuk, mulai bijak mengelola uang dari sekarang, karena masa depanmu ada di tanganmu!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI