Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Laki-laki Tidak Bercerita, Stereotip Maskulinitas dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

25 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   09:14 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi laki-laki tidak bercerita (sumber:freepik/freepik)

Pernahkah Anda melihat konten di media sosial yang memperlihatkan seorang pria tiba-tiba melakukan hal-hal absurd? 

Misalnya, tiba-tiba berada di Kamboja, makan di warung kecil sambil berteriak, atau bahkan muncul di Eropa secara spontan? 

Konten-konten seperti ini sering dimulai dengan narasi "laki-laki tidak bercerita" dan kemudian diakhiri dengan aksi-aksi tak terduga. 

Fenomena ini bahkan sempat menjadi tren, diikuti oleh berbagai kalangan, termasuk figur publik seperti Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anum.

Fenomena ini mencerminkan stereotip yang ada di masyarakat: bahwa laki-laki jarang mengekspresikan perasaan atau cerita mereka, tetapi justru memilih tindakan ekstrem untuk menggambarkan emosi mereka. 

Hal ini memunculkan pertanyaan yang lebih mendalam: Mengapa laki-laki tidak bercerita? Dan apa dampaknya pada kesehatan mental mereka?

Stereotip Gender yang Tertanam Sejak Dini

Pernahkah Anda mendengar kalimat seperti, "Anak laki-laki kok cengeng!" atau "Boys don't cry"? Frasa-frasa seperti ini bukan sekadar ungkapan, tetapi cerminan ekspektasi sosial yang tertanam sejak dini. 

Anak laki-laki didorong untuk menekan emosi yang dianggap "lembut" seperti sedih, takut, atau malu, sementara anak perempuan lebih diberi ruang untuk mengungkapkan emosi-emosi tersebut.

Menurut penelitian Chaplin dan Aldao, perempuan cenderung lebih ekspresif dibandingkan laki-laki karena adanya peran tradisional yang menekankan sifat merawat, empati, dan komunikasi. 

Sebaliknya, laki-laki diarahkan untuk menonjolkan emosi seperti marah atau agresi, yang dianggap lebih kuat dan dominan. Hal ini sesuai dengan peran tradisional laki-laki sebagai pelindung dan pencari nafkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun