Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Pinjol Memanfaatkan Kemiskinan dan Budaya Konsumtif

17 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:33 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menghitung utang (sumber:freepik/wirestock)

Di sinilah pinjol hadir sebagai "penolong" yang menawarkan solusi instan tanpa rasa malu. Sayangnya, solusi ini sering kali berujung pada bencana finansial yang lebih besar.

Budaya Konsumtif dan Lingkaran Setan Utang

Budaya konsumtif yang semakin meluas di Indonesia juga memainkan peran besar dalam fenomena ini. 

Media sosial menjadi salah satu faktor utama yang mendorong orang untuk mengikuti tren gaya hidup tertentu, meskipun kondisi finansial mereka tidak mendukung. 

Akibatnya, utang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan mendesak sering kali dialihkan untuk keperluan konsumtif, seperti membeli gadget baru atau barang-barang lain yang sebenarnya tidak esensial.

Ketika kebutuhan mendadak muncul, masyarakat yang sudah terjebak dalam gaya hidup konsumtif ini biasanya tidak memiliki tabungan atau cadangan finansial. 

Akhirnya, pinjol kembali menjadi solusi sementara. Namun, karena utang yang diambil digunakan untuk kebutuhan konsumtif, tidak ada sumber pendapatan tambahan untuk melunasi utang tersebut. 

Akibatnya, mereka harus mengambil utang baru untuk menutup utang lama, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

Efek Sosial dan Ekonomi Pinjol

Dampak pinjol tidak hanya sebatas bunga tinggi atau ancaman debt collector. Ada efek sosial yang lebih luas yang sering kali diabaikan. 

Penyebaran data pribadi korban, yang sering dilakukan oleh pinjol ilegal, dapat menghancurkan reputasi mereka di lingkungan sosial. 

Bayangkan data pribadi seseorang disebar ke keluarga, teman, atau bahkan tempat kerja hanya karena ia terlambat membayar cicilan. 

Ini bukan hanya masalah rasa malu, tetapi juga dapat menyebabkan korban dijauhi oleh lingkungan sosialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun