Sementara itu, pinjol menawarkan proses yang sangat cepat dengan persyaratan minimum---cukup KTP dan data pribadi. Prosesnya bisa selesai dalam hitungan menit.Â
Celah ini menjadi ladang subur bagi pinjol untuk memanfaatkan kebutuhan mendesak orang-orang yang merasa tidak punya alternatif lain.
Namun, di balik kemudahan itu, ada jebakan besar berupa suku bunga yang tidak masuk akal.Â
Banyak pinjol ilegal menawarkan bunga yang bisa mencapai ratusan persen per bulan, tetapi informasi ini sering kali tidak transparan di awal.Â
Janji manipulatif seperti "bunga rendah" atau "proses cepat tanpa ribet" sering digunakan untuk menarik perhatian masyarakat miskin, yang berada dalam situasi sulit dan tidak memiliki waktu untuk menganalisis secara mendalam.
Dampak Psikologis: Ketika Logika Dikalahkan Emosi
Masyarakat miskin yang berada dalam tekanan ekonomi cenderung mengambil keputusan yang tidak rasional.Â
Ini bukan karena mereka tidak cerdas, tetapi karena hidup dalam kekurangan terus-menerus menciptakan apa yang disebut scarcity mindset.Â
Dalam kondisi ini, seseorang hanya bisa fokus pada kebutuhan jangka pendek tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Sebagai contoh, seorang kepala keluarga yang kehabisan uang untuk membeli makanan bagi anak-anaknya mungkin tidak akan berpikir panjang ketika ditawari pinjaman cepat.Â
Dalam kondisi seperti itu, emosi sering kali mengalahkan logika. Penyedia pinjol memahami pola pikir ini dengan baik dan menggunakannya untuk memaksimalkan keuntungan mereka.
Selain itu, stigma sosial terhadap kemiskinan memperburuk situasi. Banyak orang miskin yang merasa malu untuk meminta bantuan dari keluarga atau komunitas karena takut dianggap sebagai beban.Â