Ini juga yang membuat orang miskin cenderung lebih mudah merasa terancam, terutama ketika berhadapan dengan orang-orang yang dianggap lebih "beruntung" dari mereka.
Kemiskinan seperti ini lebih sulit diatasi karena akar masalahnya berada di luar kendali individu itu sendiri.Â
Banyak orang miskin yang tidak hanya kekurangan uang tetapi juga kekurangan peluang untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Salah Kaprah tentang "Bodoh"
Sebutan "bodoh" sering kali dilekatkan pada orang miskin, tetapi ini adalah pandangan yang keliru.Â
Orang yang dianggap "bodoh" bukan berarti memiliki IQ rendah atau tidak mampu belajar.Â
Biasanya, mereka hanya kekurangan wawasan dan terbatas dalam sudut pandang karena pola pikir sempit yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam banyak kasus, keterbatasan pendidikan adalah akar masalahnya. Kurangnya pendidikan membuat seseorang tidak terbiasa berpikir kritis, menganalisis situasi, atau menerima masukan secara terbuka.Â
Hal ini bukan karena mereka tidak mau belajar, tetapi karena mereka tidak diberi kesempatan untuk berkembang. Akibatnya, mereka sering kali melihat kritik sebagai serangan, bukan sebagai upaya untuk membantu.
Lingkungan yang Membentuk Mental Defensif
Bayangkan hidup di lingkungan miskin: rumah sempit dengan anggota keluarga yang banyak, suasana sekitar yang bising, konflik antar-tetangga yang sering terjadi, hingga tekanan hidup sehari-hari.Â
Dalam kondisi seperti ini, individu cenderung mengembangkan sifat keras sebagai bentuk pertahanan diri.
Lingkungan yang penuh tekanan ini membuat orang miskin harus fokus pada bagaimana bertahan hidup hari ini. Mereka tidak punya waktu atau ruang untuk berpikir panjang.Â