Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Megapa Upah Pekerja di Indonesia Tetap Rendah?

2 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:40 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja indonesia (sumber:freepik/lifestylememory)

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, yang secara langsung menciptakan angkatan kerja dalam jumlah besar. Sayangnya, kondisi ini juga berujung pada tingginya persaingan kerja yang sangat kompetitif. 

Tidak hanya soal mendapatkan pekerjaan, tantangan terbesar lainnya yang dihadapi oleh para pekerja adalah rendahnya tingkat upah yang diterima.

Masalah ini telah lama menjadi perhatian, baik di kalangan pekerja maupun pemerhati ekonomi. 

Meskipun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kesejahteraan pekerja tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan tersebut. 

Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan rendahnya upah di Indonesia? Dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat serta perekonomian secara keseluruhan?

Realitas Upah di Indonesia

Menurut data yang tersedia, rata-rata gaji bulanan pekerja di Indonesia berkisar di angka Rp3 juta. Namun, angka ini tidak seragam di seluruh daerah. 

Di Jawa Tengah, misalnya, Upah Minimum Provinsi (UMP) hanya sekitar Rp2 juta. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan upah minimum terendah di dunia.

Bahkan, sebuah laporan menunjukkan bahwa rata-rata gaji lulusan S1 hingga S3 di Indonesia sering kali berada di bawah Rp7 juta per bulan. 

Kondisi ini berbanding terbalik dengan negara-negara maju, di mana lulusan perguruan tinggi dapat mengharapkan penghasilan yang jauh lebih besar.

Tidak heran jika banyak pekerja Indonesia memutuskan untuk mencari peluang kerja di luar negeri. 

Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, atau Australia, pekerjaan informal seperti pencuci piring saja dapat menghasilkan hingga Rp40 juta per bulan, hampir sembilan kali lipat dari UMR di Jakarta. 

Perbedaan ini tidak hanya mencerminkan kesenjangan ekonomi, tetapi juga mengungkap kelemahan sistem ketenagakerjaan di Indonesia.

Dampak Rendahnya Upah bagi Pekerja dan Ekonomi

Rendahnya upah pekerja memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada sekadar keterbatasan finansial individu. Dampak ini terasa pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari daya beli masyarakat hingga pertumbuhan ekonomi nasional.

1. Penurunan Daya Beli

Ketika penghasilan pekerja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, daya beli masyarakat secara keseluruhan menurun. 

Situasi ini berbahaya karena konsumsi domestik merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sebagai contoh, pekerja dengan penghasilan Rp2 juta per bulan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan tempat tinggal. 

Akibatnya, pengeluaran untuk barang dan jasa lainnya menjadi sangat terbatas. Kondisi ini menciptakan siklus ekonomi yang stagnan, di mana rendahnya konsumsi berdampak pada lambatnya pertumbuhan bisnis dan penciptaan lapangan kerja baru.

2. Ketimpangan Ekonomi

Salah satu ironi yang terjadi di Indonesia adalah banyak perusahaan besar melaporkan peningkatan laba setiap tahunnya. Namun, kesejahteraan para pekerja yang berkontribusi pada kesuksesan perusahaan tersebut sering kali diabaikan.

Ketimpangan ini menciptakan jarak yang semakin lebar antara pemilik modal dan pekerja. Ketika keuntungan perusahaan terus meningkat tetapi upah pekerja stagnan, disparitas sosial pun semakin terlihat. 

Hal ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga menimbulkan risiko ketidakstabilan sosial dalam jangka panjang.

Mengapa Upah Pekerja di Indonesia Rendah?

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya upah pekerja di Indonesia. Masalah ini kompleks dan melibatkan berbagai aspek, mulai dari kualitas pendidikan hingga struktur ekonomi nasional.

1. Ketidaksesuaian Keterampilan dengan Kebutuhan Industri

Salah satu penyebab utama rendahnya upah adalah ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan industri. 

Banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak bekerja sesuai dengan bidang studi mereka. Data menunjukkan bahwa 80% mahasiswa bekerja di sektor yang tidak relevan dengan jurusan yang mereka ambil.

Hal ini disebabkan oleh kurikulum pendidikan yang kurang adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja. 

Sebagai contoh, banyak kampus masih mengajarkan pemasaran dengan metode konvensional, sementara dunia bisnis saat ini sudah beralih ke pemasaran digital. 

Kemampuan seperti SEO, analisis data, dan pemasaran melalui media sosial sangat dibutuhkan, tetapi sering kali tidak diajarkan di bangku kuliah.

Akibatnya, perusahaan lebih memilih merekrut tenaga kerja dengan keterampilan yang relevan, bahkan jika itu berarti harus mempekerjakan tenaga asing. 

Di sisi lain, lulusan lokal yang kurang memiliki keterampilan khusus hanya bisa mengandalkan pekerjaan dengan upah rendah.

2. Kesenjangan Pendidikan

Selain lulusan perguruan tinggi, lulusan SMP dan SMA yang langsung masuk ke dunia kerja juga menghadapi tantangan serupa. 

Karena pendidikan mereka terbatas, mereka cenderung hanya mengisi pekerjaan yang bersifat generik dan tidak membutuhkan keahlian khusus.

Pekerjaan seperti pekerja lapangan, karyawan toko ritel, atau pekerja serabutan umumnya menawarkan upah rendah. Tanpa keahlian tambahan, sulit bagi mereka untuk meningkatkan penghasilan atau mengembangkan karier lebih lanjut.

3. Middle-Income Trap

Indonesia saat ini terjebak dalam middle-income trap, yaitu kondisi di mana negara telah keluar dari status miskin tetapi belum mampu menjadi negara maju.

Pada tahap awal pembangunan, Indonesia berhasil tumbuh dengan mengandalkan tenaga kerja murah. Namun, ketika pendapatan meningkat, strategi ini tidak lagi cukup. 

Negara lain yang masih memiliki upah lebih rendah, seperti Vietnam dan Bangladesh, kini menjadi pilihan utama bagi perusahaan multinasional.

Di sisi lain, Indonesia belum memiliki teknologi dan inovasi yang cukup untuk bersaing dengan negara-negara maju. Akibatnya, upah pekerja tetap rendah, sementara kualitas hidup masyarakat stagnan.

Perbandingan dengan Negara Lain

Ketimpangan upah semakin terlihat ketika dibandingkan dengan negara lain. 

Di negara-negara maju, pekerja sektor informal seperti pelayan restoran atau pencuci piring dapat mengharapkan penghasilan yang layak, lengkap dengan berbagai fasilitas tambahan seperti asuransi kesehatan dan akomodasi.

Sebaliknya, di Indonesia, pekerja sektor informal sering kali menerima upah yang jauh di bawah standar hidup. 

Misalnya, UMR di Yogyakarta hanya Rp2,1 juta, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, terutama jika mempertimbangkan harga barang seperti kendaraan bermotor yang sama dengan daerah lain yang memiliki UMR lebih tinggi.

Solusi untuk Mengatasi Masalah Rendahnya Upah

Untuk meningkatkan upah pekerja di Indonesia, perlu dilakukan berbagai langkah strategis, baik oleh pemerintah, institusi pendidikan, maupun sektor swasta.

1. Reformasi Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan formal harus lebih menekankan pada keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja. Selain itu, pelatihan vokasional perlu diperluas untuk membantu pekerja meningkatkan keahlian mereka.

2. Diversifikasi Ekonomi

Indonesia perlu mengembangkan sektor ekonomi baru yang dapat menciptakan lapangan kerja dengan upah yang lebih tinggi. Sektor teknologi dan jasa kreatif, misalnya, memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi di masa depan.

3. Insentif bagi Perusahaan

Pemerintah dapat memberikan insentif kepada perusahaan yang meningkatkan upah pekerja dan berinvestasi dalam pelatihan karyawan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja, tetapi juga mendorong produktivitas.

Kesimpulan

Rendahnya upah pekerja di Indonesia bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dalam semalam. 

Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, seperti reformasi pendidikan, adopsi teknologi, dan diversifikasi ekonomi, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan ekosistem kerja yang lebih adil dan berkelanjutan.

Pada akhirnya, upah yang layak bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk hidup dengan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun