Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gagal Bertahan di Tengah Krisis, Sritex Pailit dengan Beban Utang Triliunan

3 November 2024   12:00 Diperbarui: 3 November 2024   12:03 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia bisnis yang penuh dinamika dan ketidakpastian, perusahaan harus mempertimbangkan skenario terburuk dalam perencanaan bisnis mereka, termasuk kemungkinan terjadinya krisis global yang dapat memengaruhi permintaan dan rantai pasokan.

Masa Depan Sritex dan Harapan untuk Para Karyawan

Masa depan Sritex mungkin tampak suram, namun masih ada harapan bahwa aset-aset yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dijual untuk melunasi sebagian utang. 

Jika memungkinkan, perusahaan ini bisa mendapatkan kesempatan untuk bangkit kembali dengan manajemen baru atau pemodal yang bersedia mengakuisisi aset perusahaan.

Namun, kebangkrutan ini juga menunjukkan bahwa tidak ada bisnis yang kebal terhadap risiko global. 

Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, penting bagi para pelaku bisnis untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan, tetapi juga mempertimbangkan faktor risiko. 

Dengan mengelola risiko dengan baik dan mempertimbangkan timing dalam setiap keputusan, perusahaan dapat memiliki pondasi yang lebih kuat untuk bertahan di masa depan.

Sementara itu, harapan terbesar adalah agar dampak sosial dari kepailitan Sritex dapat diminimalkan. 

Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat memberikan dukungan bagi para karyawan yang terdampak, melalui pelatihan ulang atau bantuan keuangan sementara, sehingga mereka dapat menemukan pekerjaan baru atau memulai usaha mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun