Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Slow Living, Hidup Tanpa Stres Meski Berpenghasilan Pas-Pasan

30 September 2024   06:00 Diperbarui: 30 September 2024   09:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Itu Slow Living?

Slow living adalah konsep hidup di mana seseorang dapat menikmati hidup dengan kesadaran penuh tanpa perlu terjebak dalam ambisi karir yang terlalu tinggi atau tuntutan pekerjaan yang berat. 

Gaya hidup ini lebih menekankan pada kebahagiaan dan kepuasan pribadi, bukan pada pencapaian materi atau status sosial. 

Dengan kata lain, slow living adalah tentang hidup dengan "les effort" (sedikit usaha) tetapi tetap menikmati hidup dengan cara yang bermakna dan positif.

Bayangkan, dengan slow living, kita bisa melakukan hal-hal yang kita suka, seperti berlibur, menghabiskan waktu di desa, atau hanya bersantai tanpa ada tekanan dari internal maupun eksternal. 

Hidup terasa lebih tenang, terhindar dari stres yang sering kali datang dari pekerjaan atau tuntutan sosial. 

Namun, konsep ini juga memerlukan sejumlah resources (sumber daya), baik itu dalam bentuk finansial, waktu, atau bahkan mental.

Apakah Slow Living Hanya untuk Mereka yang Mapan?

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah, "Apakah slow living hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah mapan secara finansial, seperti manajer atau pengusaha?" 

Pada kenyataannya, konsep ini bisa diadopsi oleh siapa saja, termasuk mereka yang berpenghasilan minimum (UMR). 

Namun, bagi mereka yang penghasilannya terbatas, mencapai slow living mungkin memerlukan usaha ekstra, terutama dalam hal perencanaan keuangan.

Orang-orang dengan gaji UMR tetap bisa menjalani slow living, tetapi mereka harus lebih disiplin dalam mengelola keuangan. Misalnya, dengan merencanakan keuangan secara matang dan mengalokasikan pendapatan dengan bijak. 

Walaupun tantangannya lebih besar, namun slow living bukanlah konsep yang eksklusif untuk kalangan tertentu saja. Dengan perencanaan yang baik, siapa pun bisa mencapainya.

Tiga Indikator Utama dalam Mencapai Slow Living

Ada tiga indikator utama yang perlu dipenuhi untuk mencapai slow living:

  1. Cashflow Positif: Memiliki arus kas yang positif adalah langkah pertama yang krusial. Jika pengeluaran masih lebih besar daripada pemasukan, maka mencapai slow living akan sangat sulit.

  2. Dana Darurat dan Proteksi: Dana darurat yang cukup serta asuransi atau proteksi kesehatan adalah hal yang sangat penting. Ini akan memberikan rasa aman ketika terjadi hal-hal tak terduga, seperti sakit atau kecelakaan, yang bisa mengganggu stabilitas keuangan.

  3. Bebas dari Hutang: Hutang adalah salah satu penghalang terbesar dalam mencapai slow living. Jika seseorang masih memiliki cicilan KPR, kendaraan, atau hutang lainnya, maka akan sulit untuk merasa bebas dan menikmati hidup. Oleh karena itu, salah satu langkah pertama menuju slow living adalah melunasi hutang dan menghindari mengambil hutang baru di masa depan.

Tantangan Bagi Mereka yang Berpenghasilan UMR

Bagi mereka yang berpenghasilan UMR, mencapai slow living tentu tidak mudah. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Alokasi Keuangan yang Tepat: Disiplin dalam mengelola pendapatan adalah kunci. Misalnya, setidaknya 5% dari penghasilan harus dialokasikan untuk proteksi dan dana darurat. Hal ini penting, terutama jika proteksi dari tempat kerja tidak memadai.

  2. Investasi: Melakukan investasi minimal 5%, idealnya hingga 10%, dari penghasilan bulanan adalah langkah penting lainnya. Tanpa investasi, slow living hanya akan menjadi impian, bahkan bagi mereka yang berpenghasilan besar sekalipun.

  3. Menekan Biaya Konsumtif: Menekan pengeluaran yang tidak perlu, seperti membeli kopi setiap hari atau makan di luar, bisa membantu mencapai tujuan keuangan. Misalnya, memasak makanan sendiri daripada membeli makanan di luar, atau menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi, adalah beberapa contoh yang bisa menghemat biaya harian secara signifikan.

  4. Hindari Lifestyle Inflation: Salah satu tantangan terbesar adalah godaan untuk meningkatkan gaya hidup seiring dengan peningkatan pendapatan. Ini sering kali disebut sebagai "lifestyle inflation," di mana seseorang meningkatkan pengeluaran sejalan dengan meningkatnya penghasilan. Hindari hal ini agar bisa menyisihkan lebih banyak untuk masa depan.

Kapan Sebaiknya Memulai Slow Living?

Banyak orang bertanya-tanya, "Kapan waktu yang tepat untuk memulai slow living?" Jawabannya adalah, semakin dini, semakin baik. 

Idealnya, perencanaan keuangan untuk mencapai slow living dimulai sejak seseorang pertama kali mendapatkan penghasilan. Misalnya, ketika seseorang baru memulai karier atau bahkan saat masih kuliah.

Bagi mereka yang memulai lebih lambat, seperti di usia 30-an atau 40-an, mencapai slow living tentu akan lebih sulit. 

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan energi atau peluang karir yang lebih terbatas. 

Oleh karena itu, memulai lebih awal akan memberi seseorang lebih banyak waktu dan kesempatan untuk merencanakan serta mencapai hidup yang lebih bebas.

Mengatasi Tantangan dalam Slow Living

Mengadopsi gaya hidup slow living tentu tidak tanpa tantangan, terutama bagi mereka yang berpenghasilan terbatas. 

Namun, dengan disiplin dan perencanaan yang baik, slow living tetap bisa dicapai. 

Penting untuk selalu mengingat bahwa slow living bukanlah tentang seberapa besar penghasilan yang dimiliki, tetapi tentang bagaimana seseorang mengelola dan memanfaatkannya.

Untuk mencapai slow living, seseorang harus fokus pada hal-hal yang paling penting dalam hidupnya, seperti kebahagiaan, kesehatan, dan kedamaian batin. 

Oleh karena itu, gaya hidup ini bukan hanya tentang memiliki lebih banyak uang, tetapi juga tentang memiliki lebih banyak waktu dan kebebasan untuk menikmati hidup.

Kesimpulan

Slow living adalah tentang menikmati hidup tanpa terbebani oleh tuntutan pekerjaan atau ambisi yang terlalu tinggi. 

Meskipun konsep ini lebih mudah dicapai oleh mereka yang sudah mapan secara finansial, siapa pun bisa mencapainya dengan perencanaan dan disiplin yang baik. 

Bagi mereka yang berpenghasilan UMR, langkah-langkah seperti mengatur alokasi keuangan, berinvestasi, dan menekan biaya konsumtif bisa menjadi kunci untuk mewujudkan slow living.

Mulailah sedini mungkin, karena semakin cepat seseorang memulai perencanaan keuangannya, semakin besar peluang untuk mencapai hidup yang lebih bebas dan bermakna di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun