Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Slow Living, Hidup Tanpa Stres Meski Berpenghasilan Pas-Pasan

30 September 2024   06:00 Diperbarui: 30 September 2024   09:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun tantangannya lebih besar, namun slow living bukanlah konsep yang eksklusif untuk kalangan tertentu saja. Dengan perencanaan yang baik, siapa pun bisa mencapainya.

Tiga Indikator Utama dalam Mencapai Slow Living

Ada tiga indikator utama yang perlu dipenuhi untuk mencapai slow living:

  1. Cashflow Positif: Memiliki arus kas yang positif adalah langkah pertama yang krusial. Jika pengeluaran masih lebih besar daripada pemasukan, maka mencapai slow living akan sangat sulit.

  2. Dana Darurat dan Proteksi: Dana darurat yang cukup serta asuransi atau proteksi kesehatan adalah hal yang sangat penting. Ini akan memberikan rasa aman ketika terjadi hal-hal tak terduga, seperti sakit atau kecelakaan, yang bisa mengganggu stabilitas keuangan.

  3. Bebas dari Hutang: Hutang adalah salah satu penghalang terbesar dalam mencapai slow living. Jika seseorang masih memiliki cicilan KPR, kendaraan, atau hutang lainnya, maka akan sulit untuk merasa bebas dan menikmati hidup. Oleh karena itu, salah satu langkah pertama menuju slow living adalah melunasi hutang dan menghindari mengambil hutang baru di masa depan.

Tantangan Bagi Mereka yang Berpenghasilan UMR

Bagi mereka yang berpenghasilan UMR, mencapai slow living tentu tidak mudah. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Alokasi Keuangan yang Tepat: Disiplin dalam mengelola pendapatan adalah kunci. Misalnya, setidaknya 5% dari penghasilan harus dialokasikan untuk proteksi dan dana darurat. Hal ini penting, terutama jika proteksi dari tempat kerja tidak memadai.

  2. Investasi: Melakukan investasi minimal 5%, idealnya hingga 10%, dari penghasilan bulanan adalah langkah penting lainnya. Tanpa investasi, slow living hanya akan menjadi impian, bahkan bagi mereka yang berpenghasilan besar sekalipun.

  3. Menekan Biaya Konsumtif: Menekan pengeluaran yang tidak perlu, seperti membeli kopi setiap hari atau makan di luar, bisa membantu mencapai tujuan keuangan. Misalnya, memasak makanan sendiri daripada membeli makanan di luar, atau menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi, adalah beberapa contoh yang bisa menghemat biaya harian secara signifikan.

  4. Hindari Lifestyle Inflation: Salah satu tantangan terbesar adalah godaan untuk meningkatkan gaya hidup seiring dengan peningkatan pendapatan. Ini sering kali disebut sebagai "lifestyle inflation," di mana seseorang meningkatkan pengeluaran sejalan dengan meningkatnya penghasilan. Hindari hal ini agar bisa menyisihkan lebih banyak untuk masa depan.

Kapan Sebaiknya Memulai Slow Living?

Banyak orang bertanya-tanya, "Kapan waktu yang tepat untuk memulai slow living?" Jawabannya adalah, semakin dini, semakin baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun