Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Apakah Kekayaan Selalu Menjadi Jalan Menuju Kebahagiaan?

14 September 2024   06:00 Diperbarui: 14 September 2024   06:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kekurangan yang paling mencolok dari menjadi kaya adalah bagaimana kekayaan tersebut sering kali membayangi identitas dan karakter seseorang. 

Orang kaya, seperti Abigail Disney, cucu dari pendiri The Walt Disney Company, sering kali merasa bahwa yang dilihat orang hanyalah kekayaan mereka, bukan siapa mereka sebenarnya. 

Abigail pernah bercerita bahwa setiap kali bertemu orang baru, sering kali ucapan pertama yang didengar adalah "Wah, kamu pasti kaya banget!" tanpa melihat lebih dalam tentang siapa dia atau apa yang dia lakukan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kekayaan membuat seseorang lebih mudah dicap oleh publik, dan karakteristik lain yang mereka miliki, seperti kerja keras atau kepribadian, menjadi tersamarkan. 

Ini tidak hanya dialami oleh Abigail, tetapi juga banyak pengusaha sukses seperti Elon Musk dan Jeff Bezos, yang meskipun diakui atas prestasi bisnisnya, lebih sering disorot karena kekayaan mereka. 

Akibatnya, orang-orang kaya cenderung merasa kesepian karena hanya dilihat dari satu sisi kehidupan mereka.

Kehilangan Privasi

Selain itu, kekayaan sering kali diiringi dengan ketenaran yang membuat seseorang kehilangan privasinya. 

Banyak orang kaya yang, meskipun menikmati perhatian yang mereka dapatkan, akhirnya merasa terbebani oleh sorotan yang terus-menerus diarahkan kepada mereka. 

Ketenaran ini membuat mereka tidak bisa lagi menjalani kehidupan normal seperti orang biasa.

Sebagai contoh, selebriti seperti Justin Bieber telah mengungkapkan bagaimana ketenarannya sejak kecil membuat dia kehilangan kesempatan untuk menikmati masa mudanya. 

Apa pun yang dia lakukan selalu menjadi bahan perbincangan publik, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti pergi makan atau jalan-jalan dengan teman. 

Di Indonesia, selebritas seperti Raffi Ahmad juga sering curhat tentang bagaimana hidup mereka berubah setelah terkenal, dengan penggemar dan paparazzi yang terus mengikuti setiap gerak-gerik mereka.

Pengorbanan Besar untuk Menjadi Kaya

Banyak orang mengira bahwa orang kaya hidupnya santai, duduk manis sambil menunggu uang datang. Namun, kenyataannya sangat berbeda. 

Untuk menjadi kaya, terutama jika tidak berasal dari keluarga yang sudah kaya sejak awal, seseorang harus siap melakukan banyak pengorbanan.

Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, pernah mengatakan bahwa ia bekerja hingga 100 jam per minggu. Itu lebih dari dua kali lipat rata-rata jam kerja kebanyakan orang. 

Sementara Jeff Bezos, pendiri Amazon, juga dikenal sebagai orang yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya, sering bekerja di akhir pekan dan jarang memiliki waktu untuk hal-hal di luar pekerjaannya.

Di Indonesia, kita bisa melihat contoh dari Sandiaga Uno, seorang pengusaha sukses yang sebelum menjadi pejabat publik, telah mencapai banyak hal dalam dunia bisnis. 

Untuk mencapai kesuksesan tersebut, Sandiaga harus membangun bisnisnya dari nol, bekerja keras tanpa kenal waktu, dan sering kali melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. 

Bahkan, ia pernah menjual beberapa barang miliknya untuk membiayai usahanya saat pertama kali merintis bisnis.

Pengorbanan waktu, relasi, dan kebebasan pribadi ini sering kali tidak terlihat oleh orang lain. 

Ketika seseorang sangat fokus untuk mencapai kesuksesan, hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan bisa terganggu. 

Akibatnya, meskipun sudah mencapai kekayaan, banyak orang kaya yang merasa kesepian dan terisolasi.

Kritik Tak Berujung

Kritikan terhadap orang kaya sering kali muncul dari berbagai pihak. Namun, banyak dari kritik tersebut tidak berdasar atau tidak jelas. 

Misalnya, banyak orang berpikir bahwa orang kaya hanya peduli pada uang dan tidak mempedulikan orang lain. Namun, anggapan ini sering kali tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya.

Jeff Bezos, misalnya, sering kali menjadi sasaran kritik karena dianggap tidak adil dalam mengelola perusahaan Amazon dan tidak cukup peduli pada kesejahteraan karyawan. 

Padahal, banyak keputusan yang diambilnya didasarkan pada strategi bisnis yang mendukung pertumbuhan perusahaan secara jangka panjang. Kritik-kritik semacam ini bisa membuat orang kaya berada di bawah tekanan sosial yang besar, meskipun mereka telah bekerja keras untuk mencapai posisi tersebut.

Selain itu, hubungan dengan orang terdekat pun bisa berubah karena kekayaan. 

Ketika seseorang menjadi kaya, teman-teman atau anggota keluarga mungkin mulai melihatnya sebagai "ATM berjalan", yang diharapkan selalu siap memberikan bantuan finansial. Hal ini bisa merusak hubungan yang sebelumnya tulus dan jujur.

Perubahan Sikap Orang Lain

Kekayaan juga sering kali mengubah cara orang lain memperlakukan kita. 

Teman dan keluarga bisa mulai mengharapkan hal-hal tertentu dari kita, seperti hadiah yang mahal atau bayaran setiap kali kita keluar bersama. 

Ini bisa membuat kita merasa seperti ATM berjalan bagi orang-orang di sekitar kita, yang bisa sangat melelahkan secara emosional.

Sebagai contoh, banyak selebriti atau pebisnis kaya yang memilih untuk menutupi kesuksesan finansial mereka karena mereka lelah didekati oleh orang-orang yang hanya ingin mengambil keuntungan dari kekayaan mereka. 

Hubungan-hubungan semacam ini terasa palsu dan tidak tulus, membuat orang kaya sering kali merasa sendirian meskipun dikelilingi oleh banyak orang.

Masalah Kepercayaan dan Rasa Curiga

Kekayaan juga bisa memunculkan masalah kepercayaan. Semakin kaya seseorang, semakin sulit bagi mereka untuk percaya kepada orang lain. 

Mereka sering kali berpikir, "Apakah orang ini benar-benar ingin berteman denganku, atau hanya ingin memanfaatkan uangku?" 

Rasa curiga ini bisa tumbuh dan membuat sulit untuk membangun hubungan yang tulus dan bermakna.

Banyak cerita tentang orang kaya yang dikhianati oleh teman atau bahkan keluarga sendiri. 

Britney Spears, misalnya, harus sangat hati-hati karena dikelilingi oleh orang-orang yang berusaha mengatur uangnya. 

Akibatnya, banyak orang kaya yang merasa semakin terisolasi karena sulit menemukan orang yang benar-benar tulus ingin dekat dengan mereka.

Kehilangan Perspektif

Akhirnya, menjadi kaya bisa membuat kita kehilangan perspektif tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup. 

Ketika seseorang terlalu fokus pada mengejar kekayaan, mereka bisa lupa untuk menikmati hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membawa kebahagiaan, seperti waktu bersama keluarga atau momen santai.

Steve Jobs, misalnya, adalah contoh dari orang yang sangat driven oleh passion-nya untuk membangun Apple. Namun, dampaknya, dia sering absen dalam momen-momen penting keluarga. 

Ini menunjukkan bahwa meskipun kekayaan bisa memberikan banyak keuntungan, ada hal-hal lain dalam hidup yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Kesimpulan

Meskipun kekayaan sering dianggap sebagai tujuan akhir yang membawa kebahagiaan, kenyataannya ada banyak sisi gelap yang jarang dibahas. 

Kekayaan bisa membayangi identitas seseorang, membawa ketenaran yang menghilangkan privasi, dan membuat hubungan menjadi rumit. 

Selain itu, kekayaan sering kali datang dengan pengorbanan besar, baik dalam hal waktu maupun hubungan, dan membuat seseorang lebih sulit untuk mempercayai orang lain.

Pada akhirnya, menjadi kaya tidak selalu seindah yang digambarkan oleh media. 

Ada banyak tekanan dan ekspektasi yang datang dengan kekayaan, yang bisa membuat hidup menjadi lebih rumit daripada yang dibayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun