Fenomena melemahnya daya beli ini tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga terlihat dari segi makro.Â
Misalnya, penurunan penjualan barang-barang non-pokok seperti elektronik dan otomotif.Â
Bahkan sektor properti, yang biasanya menjadi indikator kekuatan daya beli masyarakat kelas menengah atas, menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Namun, di tengah semua indikator yang menunjukkan pelemahan ini, ada satu hal yang menarik perhatian: minat masyarakat terhadap traveling justru tidak menurun.Â
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah perjalanan wisatawan domestik, bahkan di tengah penurunan daya beli yang dialami sebagian besar masyarakat.
Fenomena Traveling di Tengah Krisis Ekonomi
Data BPS pada Juli 2024 mencatat bahwa jumlah perjalanan wisatawan domestik mencapai 77,24 juta, meningkat 4,83% dibandingkan dengan Juli 2023.Â
Ini merupakan bukti bahwa meskipun daya beli masyarakat sedang mengalami pelemahan, kebutuhan untuk berlibur tetap menjadi prioritas bagi banyak orang.
Pulau Jawa, terutama Jawa Timur, menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik.Â
Kota-kota seperti Malang, Surabaya, dan Banyuwangi kerap menjadi pilihan utama, bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena fasilitas wisata yang terus berkembang.Â
Jawa Timur berhasil mempertahankan posisinya sebagai destinasi wisata nomor satu di Indonesia.Â
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi sedang tidak stabil, sektor pariwisata tetap tumbuh dan bahkan menjadi salah satu sektor yang paling tangguh.