Sebagai contoh, ada seorang pria bernama Rudi yang bekerja di perusahaan dan mendapatkan promosi serta kenaikan gaji dari Rp15 juta menjadi Rp25 juta.Â
Setelah beberapa minggu, tambahan gaji tersebut sudah habis untuk cicilan mobil baru dan liburan keluarga yang lebih mewah.Â
Pada awalnya, Rudi merasa senang dengan gaya hidup barunya, namun setelah beberapa tahun, ia mulai merasakan tekanan karena jam kerja yang semakin panjang dan tingkat stres yang lebih tinggi.Â
Gaya hidupnya yang sudah menyesuaikan dengan pendapatannya membuat Rudi tidak memiliki pilihan lain selain terus bekerja keras untuk mempertahankan gaya hidup tersebut.
Bagaimana Lifestyle Creep Menjerat Kaum Muda?
Banyak anak muda yang baru lulus dan mulai bekerja mengalami fenomena yang sama.Â
Mereka merasa senang akhirnya bisa menghasilkan uang dan lepas dari kehidupan mahasiswa yang serba hemat.Â
Mereka mulai menghabiskan uang untuk makan siang di luar, nongkrong dengan teman-teman setiap akhir pekan, dan membeli barang-barang yang dulunya terasa mewah, seperti kopi mahal atau baju bermerek.Â
Padahal, dengan gaji pertama yang stabil, pengeluaran mereka seharusnya bisa lebih terkontrol jika mereka memiliki rencana keuangan yang baik.
Lifestyle creep pada generasi muda mungkin terlihat tidak terlalu berdampak dalam jangka pendek, tetapi jika dibiarkan, bisa memengaruhi kemampuan mereka untuk menyiapkan dana pensiun di masa depan.Â
Tanpa perencanaan keuangan yang tepat, kebiasaan ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun tanpa disadari hingga sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kesadaran dan Disiplin adalah Kunci
Menghindari lifestyle creep bukanlah hal yang mustahil. Kesadaran adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah ini.Â