Masalah lifestyle creep sering kali datang perlahan, tanpa disadari, terutama saat kita merasa pendapatan kita semakin besar.Â
Namun, ketika kita tidak berhati-hati, fenomena ini bisa menjerumuskan kita pada kesulitan finansial di masa depan.Â
Misalnya, bonus tahunan, Tunjangan Hari Raya (THR), atau penghasilan tambahan dari pekerjaan sampingan mungkin dianggap sebagai "uang jajan," padahal tanpa perencanaan yang matang, uang ini dapat habis begitu saja.Â
Lebih parah lagi, ketika kita terlalu terbiasa dengan pengeluaran tinggi, kita mungkin akan kesulitan menurunkan gaya hidup jika suatu saat pendapatan menurun atau ada kebutuhan mendesak.
Efek lifestyle creep semakin parah ketika kita tidak siap untuk mengelola pendapatan tambahan tersebut dengan bijak.Â
Tanpa rencana yang jelas, kita berisiko menghabiskan uang untuk hal-hal yang memberikan kepuasan jangka pendek, tetapi merugikan jangka panjang.Â
Fenomena ini sering dialami oleh banyak orang, terutama saat pendapatan mereka tiba-tiba meningkat.
Dampak Lifestyle Creep
Satu tanda utama dari lifestyle creep adalah perubahan pola pikir dan perilaku yang membuat kita merasa bahwa pengeluaran untuk barang-barang tidak penting adalah hak, bukan pilihan.Â
Inilah yang sering terjadi saat kita menerima kenaikan gaji atau pendapatan tambahan: uang tersebut habis begitu saja tanpa rencana jelas.Â
Uang ekstra seharusnya dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan keuangan kita, seperti membayar cicilan rumah, mempersiapkan pensiun, atau menginvestasikan dana untuk masa depan.Â
Namun, sayangnya, uang tersebut seringkali dihabiskan untuk hal-hal yang hanya memberikan kepuasan sementara, seperti gadget baru, liburan mewah, atau mobil yang lebih mahal.