Generasi Z juga harus menghadapi tuntutan untuk hidup produktif yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Di era digital saat ini, memiliki peralatan dan layanan yang tepat adalah suatu keharusan.Â
Mereka memerlukan smartphone, laptop, pulsa, kuota internet, serta langganan berbagai layanan online untuk dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan memenuhi tuntutan pekerjaan.Â
Semua kebutuhan ini menambah beban finansial mereka, dan sering kali memaksa mereka untuk mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk biaya teknologi dan layanan digital.
Menurut laporan dari Ernst & Young (EY) dan Deloitte, tingkat kecemasan finansial di kalangan Gen Z terus meningkat. Pada tahun 2019, sekitar 30% dari mereka merasa cemas tentang situasi finansial mereka.Â
Angka ini naik menjadi 46% pada tahun 2021, dan semakin tinggi lagi menjadi 54% pada tahun 2023. Kecemasan ini mencerminkan betapa beratnya beban finansial yang mereka rasakan dan bagaimana mereka terus-menerus merasa tidak aman secara ekonomi.
Stigma Negatif dan Realitas Generasi Z
Banyak pihak melihat Gen Z hanya dari sisi negatif, sering kali menganggap mereka sebagai generasi yang lemah, mudah stres, dan terlalu bergantung pada solusi instan.Â
Stigma-stigma ini sering kali mengabaikan kenyataan bahwa mereka berada dalam situasi yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.Â
Masyarakat cenderung melupakan bahwa Gen Z menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang rumit yang tidak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya.
Misalnya, tantangan seperti pergeseran cepat dalam teknologi, krisis ekonomi global, dan perubahan iklim memberikan tekanan tambahan yang tidak dihadapi oleh generasi sebelumnya.Â
Selain itu, ekspektasi tinggi dari media sosial dan standar hidup yang sering kali tidak realistis juga menambah beban mereka.Â
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa banyak dari tantangan yang mereka hadapi adalah hasil dari faktor eksternal yang tidak dapat mereka kontrol.