Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengapa Formula Budgeting 50/30/20 Tak Selalu Tepat untuk Semua Orang

3 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 6 Agustus 2024   06:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi budgeting. sumber: freepik

Selama ini, banyak dari kita mungkin familiar dengan berbagai formula budgeting seperti 50/30/20 atau 40/30/20/10. 

Formula-formula ini, yang seringkali diajarkan oleh para ahli keuangan, pada dasarnya membagi pendapatan kita ke dalam beberapa kategori: kebutuhan, keinginan, dan tabungan atau investasi. 

Tapi, apakah formula-formula ini benar-benar efektif untuk semua orang?

Asal Usul Formula Budgeting

Formula budgeting 50/30/20 pertama kali dipopulerkan oleh Elizabeth Warren, seorang senator Amerika Serikat dan seorang ahli kebijakan keuangan. 

Dalam bukunya yang terkenal "All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan," Elizabeth Warren dan putrinya Amelia Warren Tyagi mengajukan formula sederhana untuk membantu orang mengelola keuangan mereka. 

Formula ini mengarahkan kita untuk mengalokasikan 50% pendapatan untuk kebutuhan dasar, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan dan investasi. 

Pendekatan ini sederhana dan mudah diingat, yang membuatnya sangat populer di kalangan orang yang baru belajar tentang pengelolaan keuangan pribadi.

Kasus di Lapangan: Realitas yang Tidak Sesuai

Namun, mari kita lihat lebih dekat bagaimana formula ini diterapkan dalam kehidupan nyata. 

Misalnya, bayangkan seorang kepala keluarga dengan pendapatan UMR (Upah Minimum Regional) di Jawa Tengah, yang kira-kira sebesar Rp 2 juta per bulan. 

Dengan menggunakan formula 50/30/20, artinya Rp 1 juta harus dialokasikan untuk kebutuhan dasar, Rp 600 ribu untuk keinginan, dan Rp 400 ribu untuk tabungan atau membayar cicilan. 

Pertanyaannya, apakah Rp 1 juta cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup empat orang (kepala keluarga, istri, dan dua anak)? Dan apakah masuk akal mengalokasikan Rp 600 ribu untuk keinginan seperti membeli baju atau jalan-jalan, sementara cicilan utang harus dibayar Rp 400 ribu per bulan?

Sebaliknya, bayangkan seorang profesional muda dengan pendapatan Rp 20 juta per bulan tanpa tanggungan keluarga. 

Menurut formula yang sama, ia harus menghabiskan Rp 10 juta untuk kebutuhan dasar dan hanya menabung Rp 4 juta. 

Apakah masuk akal bagi seseorang dengan pendapatan tinggi seperti ini hanya menabung 20% dari pendapatannya?

Mengapa Formula Ini Kurang Relevan?

Dari dua skenario ini, kita bisa melihat bahwa formula budgeting 50/30/20 tidak cocok untuk orang dengan pendapatan terlalu rendah atau terlalu tinggi. 

Bahkan, bagi mereka yang berpendapatan rata-rata, formula ini belum tentu relevan jika mereka memiliki keluarga besar atau kebutuhan khusus lainnya.

Menurut data, rata-rata gaji buruh, karyawan, dan pegawai di Indonesia pada tahun 2023 adalah sekitar Rp 3,2 juta per bulan. Di sisi lain, pengeluaran per kapita di 10 kota besar di Indonesia berkisar antara Rp 3 hingga Rp 4,5 juta per bulan. 

Dengan kata lain, banyak orang yang pengeluarannya sudah melebihi pendapatannya, membuat arus kas mereka negatif. Jadi, mengapa formula 50/30/20 masih diajarkan di mana-mana?

Kebutuhan Akan Solusi yang Lebih Realistis

Kenyataannya, tidak ada satu jawaban yang cocok untuk semua orang. 

Setiap individu atau keluarga memiliki kondisi keuangan yang unik. 

Sebaiknya, kita mulai dengan membangun kebiasaan menyisihkan minimal 10% dari pendapatan untuk diinvestasikan, terlepas dari berapa besar pendapatan kita. 

Jika memungkinkan, tingkatkan persentase ini secara bertahap.

Pentingnya Konsistensi dalam Investasi

Di tahap awal, yang penting bukanlah seberapa besar kita bisa berinvestasi, tetapi seberapa konsisten kita melakukannya. 

Lebih baik kita berinvestasi 10% dari pendapatan dengan disiplin, dan meningkatkannya secara bertahap setiap tahun, daripada berinvestasi 90% tetapi hanya bertahan selama satu tahun. 

Dalam jangka panjang, kebiasaan ini akan membantu kita mencapai tujuan keuangan dan kebebasan finansial lebih cepat.

Misalnya, jika kita menabung hanya 10% dari pendapatan per bulan, kita mungkin perlu bekerja selama 51 tahun untuk bisa pensiun. 

Namun, dengan meningkatkan tingkat tabungan, kita bisa mempercepat waktu pensiun secara signifikan.

Tantangan dan Solusi dalam Mengatur Keuangan

Mengatur keuangan pribadi memang bukan hal yang mudah, terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu. 

Inflasi yang tinggi, biaya hidup yang terus meningkat, serta berbagai kebutuhan yang mendesak membuat banyak orang kesulitan untuk menyisihkan uang untuk tabungan atau investasi. 

Berikut adalah beberapa tantangan yang sering dihadapi dan solusi yang bisa dilakukan:

1. Pendapatan yang Tidak Cukup

Bagi banyak orang, pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi untuk menabung atau berinvestasi. 

Salah satu solusinya adalah dengan mencari sumber pendapatan tambahan. Ini bisa berupa pekerjaan sampingan, bisnis kecil-kecilan, atau investasi dalam aset yang menghasilkan pendapatan pasif.

2. Utang yang Menumpuk

Utang konsumtif seperti kartu kredit, pinjaman pribadi, atau cicilan barang seringkali menjadi beban yang berat. Prioritaskan untuk melunasi utang-utang ini terlebih dahulu sebelum mulai menabung atau berinvestasi. 

Gunakan metode seperti snowball (melunasi utang dari yang terkecil terlebih dahulu) atau avalanche (melunasi utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu) untuk melunasi utang secara efektif.

3. Kurangnya Edukasi Keuangan

Banyak orang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan keuangan. Untuk itu, penting untuk terus belajar dan mencari informasi tentang keuangan pribadi, investasi, dan perencanaan keuangan. 

Buku, seminar, atau kursus online bisa menjadi sumber yang baik untuk meningkatkan pengetahuan keuangan.

Memulai dengan Langkah Kecil

Saat memulai, jangan terlalu fokus pada jumlah uang yang bisa diinvestasikan. 

Yang terpenting adalah membangun kebiasaan dan konsistensi. Menyisihkan 10% dari pendapatan mungkin terasa kecil, tetapi jika dilakukan dengan disiplin dan terus ditingkatkan, akan memberikan hasil yang signifikan dalam jangka panjang.

Fokus pada Tujuan Jangka Panjang

Setelah berhasil membangun kebiasaan menabung dan berinvestasi, langkah selanjutnya adalah meningkatkan tingkat tabungan dan fokus pada hasil investasi. 

Banyak orang yang baru memulai investasi seringkali berharap mendapatkan return yang tinggi dalam waktu singkat. 

Padahal, investasi yang baik adalah investasi yang dilakukan dengan konsistensi dan memiliki jangka waktu yang panjang.

Diversifikasi Investasi

Saat memulai, tidak perlu terlalu banyak melakukan diversifikasi. Fokus pada satu atau dua aset yang benar-benar dipahami, sambil terus belajar dan menambah pengetahuan. 

Diversifikasi memang penting untuk mengurangi risiko, tetapi di tahap awal, konsentrasi pada aset yang sudah dipahami akan lebih efektif.

Kesimpulan

Tidak ada formula budgeting yang bisa berlaku untuk semua orang. Setiap orang harus menemukan atau bahkan membuat rencana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka sendiri. 

Kenali kondisi keuangan Anda, bangun kebiasaan menabung dan berinvestasi, dan terus tingkatkan pengetahuan keuangan. Dengan begitu, kita bisa mencapai kebebasan finansial dan mewujudkan tujuan keuangan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun