Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Memberikan Masukan yang Membangun: Spesifik, Netral dan Kritis

13 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:15 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada saatnya kita tidak ingin mendengar masukan yang hanya berkata "bagus" atau "oke". Kita butuh masukan yang lebih spesifik. 

Kalau bagus, apa yang bagus? Kalau kamu suka, bagian apa yang kamu suka? Masukan positif yang terlalu umum bisa terkesan tidak tulus atau asal-asalan, sehingga pujian yang kita berikan mungkin diterima sebagai sesuatu yang basa-basi. 

Sayang sekali, kan, jika masukan positif kita malah diterima dengan cara yang tidak baik?

Kenapa Masukan Spesifik Lebih Baik?

Kita bisa belajar untuk mulai memberikan masukan secara spesifik. Jika kamu suka sesuatu, ceritakan apa yang kamu sukai. 

Sebaliknya, jika kamu tidak suka, ceritakan juga bagian mana yang kamu tidak suka. Ini memang tidak mudah, karena menerima masukan juga bukan hal yang mudah. 

Tapi, kita bisa menyampaikannya dengan baik, walaupun yang kita sampaikan adalah sebuah kritik.

Apakah kamu tahu ketika kamu merasa cemas, tidak nyaman, atau canggung, ini adalah momen di mana kamu menjadi sangat baik kepada orang di sekitar? Ketika kamu cemas, kamu jadi sopan secara berlebihan. 

Misalnya, ketika diminta memberikan masukan, kamu mungkin khawatir salah bicara atau menyakiti hati orang lain. Akhirnya, kamu memilih memberikan masukan yang umum.

Contohnya, ketika temanmu bertanya, "Eh tadi gimana kue yang saya buat? Sudah cobain belum?" Kamu lalu menjawab, "Oh iya, sudah, enak kok." Masukan umum seperti ini seringkali tidak membantu. 

Ketika kamu bilang "enak", orang yang mendengar mungkin berpikir dua hal: entah kamu benar-benar bilang enak atau cuma basa-basi. Mungkin cara yang lebih baik adalah memberikan jawaban yang lebih spesifik. 

Misalnya, ketika kamu suka dengan kuenya, jangan hanya bilang "enak", tapi ceritakan apa yang membuatmu merasa enak, apakah teksturnya, rasanya, dan sebagainya.

Umpan Balik yang Positif Tapi Umum Tidak Selalu Baik

Umpan balik positif yang terlalu umum bisa dipersepsikan sebagai umpan balik yang malas. Misalnya, ketika ditanya "Ini bagus tidak?" dan kamu hanya menjawab "bagus", orang yang mendengar bisa merasa bahwa kamu tidak tulus. 

Kamu dianggap tidak berusaha memberikan masukan dan hanya menjawab sesuai dengan apa yang ingin didengar orang lain. Masukan ini sering dianggap sebagai basa-basi belaka.

Selain itu, umpan balik yang terlalu umum membuat orang kehilangan kesempatan untuk menjadi lebih baik. 

Mereka tidak tahu bagian mana yang perlu diperbaiki dan tidak bisa menganalisis apa yang sudah baik dan perlu ditingkatkan. Dalam jangka panjang, hal ini justru menghambat pertumbuhan mereka.

Mengenali Kebutuhan Orang Akan Masukan

Namun, kita perlu melihat apakah orang tersebut sebenarnya membutuhkan masukan atau tidak. 

Tidak semua orang membutuhkan masukan. Ada momen di mana mereka hanya butuh didengar atau didukung atas pilihan yang diambil. Jadi, kita harus peka dan jeli membaca situasi sosial. 

Ketika orang tersebut memang membutuhkan masukan, kita bisa memulainya dengan memberikan masukan yang netral sebelum memberikan masukan yang lebih kritis.

Memberikan Masukan Netral dan Objektif

Umpan balik netral adalah umpan balik yang objektif, sesuai fakta, dan tidak menghakimi. Tujuannya bukan untuk memuji atau mengkritik, tapi hanya fokus pada penyampaian informasi. 

Misalnya, ketika diminta memberikan masukan tentang sikap anak buahmu saat meeting, kamu bisa berkata, "Saya lihat si A memperhatikan orang lain ketika bicara, ikut berpartisipasi aktif saat diskusi, dan bertanya empat kali di berbagai kesempatan. 

Dia juga mencatat hasil rapat lalu membacakan kesimpulan dan langkah selanjutnya sebelum meeting selesai." Kamu hanya menyampaikan kejadian tersebut apa adanya, tanpa memberikan kalimat positif atau negatif.

Memberikan Masukan yang Kritis Tapi Membangun

Apabila orang yang diberikan saran sudah mulai terbuka untuk menerima masukan, maka kamu bisa lanjut ke masukan yang lebih kritis tapi membangun. Ada beberapa tips yang bisa kamu gunakan:

1. Cari Waktu dan Tempat yang Tepat

Pastikan lokasinya privat dan aman, di mana orang yang diberikan kritik tidak merasa malu atau defensif. Ini sangat penting karena jika kita gagal di poin ini, apapun yang kamu katakan akan sulit diterima.

2. Spesifik dan Fokus pada Area yang Perlu Diperbaiki

Penting memberikan masukan yang spesifik. Misalnya, daripada bilang "kamu suka telat", coba bilang "saya merasa kalau di tiga meeting terakhir kamu telat kurang lebih 15 menit". Cara ini lebih baik dan lebih mudah dipahami.

3. Seimbangkan Antara Umpan Balik Positif dan Negatif

Tentunya kita capek mendengar orang yang selalu mengeluh. Penting untuk menyampaikan hal yang positif juga. Kamu bisa menggunakan metode "burger" di mana kamu mulai dengan umpan balik positif, lalu di tengah menyampaikan apa yang perlu ditingkatkan, kemudian di akhir kembali lagi ke umpan balik positif.

4. Berikan Solusi, Bukan Hanya Kritik

Jika bisa, berikan solusi atau dukungan apabila dia membutuhkan. Cara ini lebih baik daripada hanya memberikan kritik saja.

5. Perhatikan Nada Suara dan Bahasa Tubuhmu

Menyampaikan masukan yang kritis tidak harus disampaikan dengan cara yang kasar atau keras. 

Bisa kok kita menyampaikan masukan kritis dengan bahasa tubuh dan nada suara yang baik. Ini membuat orang tidak defensif dan lebih terbuka karena mereka merasa kamu memberikan masukan karena peduli.

Memberikan masukan yang baik dan membangun adalah seni yang memerlukan empati dan kejelian. Dengan memperhatikan cara kita memberikan umpan balik, kita bisa membantu orang lain tumbuh dan berkembang dengan lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun