ekonomi Indonesia.Â
Pengelompokan masyarakat berdasarkan pendapatan menjadi semakin penting dalam memahami dinamika sosialSalah satu kelompok yang menonjol adalah kelas menengah dan calon kelas menengah, yang meskipun memiliki pengeluaran yang cukup untuk tidak termasuk dalam kelas miskin, mereka tetap menghadapi tekanan yang signifikan dalam kondisi ekonomi saat ini.
Definisi Kelas Menengah Menurut Bank Dunia
Menurut Bank Dunia, kelompok ekonomi masyarakat dapat dibagi berdasarkan jumlah pengeluaran per bulannya.Â
Kelas menengah dan calon kelas menengah mencakup mereka dengan pengeluaran bulanan antara Rp1,2 juta hingga Rp6 juta.Â
Mereka termasuk dalam kelompok pendapatan menengah ke bawah, yang dominan di populasi Indonesia dengan 69%.
Pengelompokan ini penting untuk memahami karakteristik dan kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok.Â
Misalnya, mereka yang berada dalam kategori kelas menengah bawah mungkin menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah atas.Â
Pemahaman yang mendalam mengenai hal ini dapat membantu dalam merancang kebijakan yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Tantangan Ekonomi yang Dihadapi
Kelas menengah dan calon kelas menengah seringkali merasakan dampak paling besar ketika ekonomi Indonesia mengalami goncangan.Â
Data dari Survei Konsumen Bank Indonesia pada Mei 2024 menunjukkan penurunan proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk menabung, dari 20,3% pada tahun 2017 menjadi 15,7% pada tahun 2023.Â
Sementara itu, pengeluaran untuk kebutuhan primer seperti makanan dan minuman meningkat tajam, mencerminkan tekanan harga yang meningkat.
Pengeluaran untuk membayar utang atau cicilan juga mengalami peningkatan dari 9,7% menjadi 10,3% dalam periode yang sama.Â
Hal ini menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia harus mengalokasikan bagian yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk memenuhi kewajiban finansial, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk menabung atau berinvestasi di masa depan.
Fenomena "Mantab" dan Dilema Kelas Menengah
Fenomena "Mantab" atau makan tabungan menjadi realitas yang dihadapi banyak keluarga kelas menengah.Â
Ini terjadi ketika pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar cicilan, sehingga mereka harus menggunakan tabungan untuk mengatasi defisit ini.Â
Hal ini menunjukkan dilema unik di mana meskipun bukan termasuk dalam kelas miskin, kelompok ini tetap berjuang untuk mempertahankan standar hidup yang diharapkan.
Fenomena ini menyoroti kerentanan finansial dari kelas menengah. Mereka yang berada dalam posisi ini sering kali menghadapi pilihan yang sulit: apakah menggunakan tabungan untuk menutup pengeluaran sehari-hari atau mencari sumber pendapatan tambahan yang mungkin tidak stabil.Â
Dalam jangka panjang, penggunaan tabungan secara terus-menerus dapat mengikis bantalan keuangan yang mereka miliki, membuat mereka lebih rentan terhadap kejutan ekonomi.
Analisis Mendalam terhadap Penurunan Tabungan dan Peningkatan Utang
Pada tahun-tahun terakhir, terjadi penurunan signifikan dalam tingkat tabungan di kalangan kelas menengah.Â
Survei menunjukkan bahwa pada tahun 2017, sekitar 20,3% dari pendapatan mereka dialokasikan untuk menabung, tetapi angka ini turun menjadi 15,7% pada tahun 2023.Â
Sementara itu, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membayar utang atau cicilan mengalami peningkatan dari 9,7% menjadi 10,3% dalam periode yang sama.
Penurunan tabungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga barang dan jasa yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan, serta adanya peningkatan dalam kewajiban finansial seperti cicilan kredit atau pinjaman.Â
Para ahli ekonomi menggarisbawahi bahwa hal ini mencerminkan tantangan nyata bagi kelas menengah dalam mempertahankan stabilitas keuangan mereka di tengah perubahan ekonomi yang cepat.
Selain itu, peningkatan utang juga mencerminkan kebutuhan mendesak untuk memenuhi pengeluaran yang tidak dapat ditunda.Â
Banyak keluarga kelas menengah terpaksa mengambil pinjaman atau menggunakan kartu kredit untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, yang pada gilirannya menambah beban finansial mereka.Â
Ketika utang semakin menumpuk, kemampuan untuk membayar kembali menjadi tantangan tersendiri, terutama jika pendapatan tetap stagnan atau bahkan menurun.
Dampak Kenaikan Harga Terhadap Pengeluaran Primer
Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kelas menengah adalah kenaikan harga kebutuhan primer, seperti makanan dan minuman.Â
Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2023, sekitar 13,9% dari pendapatan mereka digunakan untuk kebutuhan ini.Â
Namun, pada bulan Mei 2024, angka ini melonjak hingga 26%, menunjukkan adanya tekanan inflasi yang signifikan yang berdampak langsung pada daya beli kelompok ini.
Kenaikan harga kebutuhan primer ini tidak hanya menyebabkan tekanan tambahan pada anggaran rumah tangga kelas menengah, tetapi juga dapat mengancam stabilitas keuangan mereka jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan atau kebijakan pemerintah yang mendukung.Â
Inflasi yang tinggi dapat mengikis daya beli, membuat barang-barang kebutuhan sehari-hari menjadi semakin tidak terjangkau bagi banyak keluarga.
Selain itu, kenaikan harga kebutuhan primer juga mempengaruhi alokasi anggaran untuk kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan investasi jangka panjang.Â
Ketika sebagian besar pendapatan digunakan untuk membeli makanan dan minuman, alokasi untuk kebutuhan-kebutuhan penting lainnya menjadi terbatas, yang dapat berdampak negatif pada kualitas hidup jangka panjang.
Perlunya Solusi dan Dukungan Pemerintah
Untuk mengatasi tantangan ini, ada beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah dan masyarakat.Â
Pertama, penting untuk meningkatkan lapangan kerja formal dengan gaji yang layak bagi anggota kelas menengah. Ini tidak hanya akan meningkatkan daya beli mereka, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional secara keseluruhan.
Pemerintah perlu mendorong investasi dalam sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan berpendapatan tinggi.Â
Misalnya, sektor teknologi, manufaktur, dan jasa dapat menjadi fokus utama dalam upaya ini. Selain itu, pelatihan dan pendidikan vokasional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja juga dapat membantu meningkatkan keterampilan dan daya saing tenaga kerja.
Kedua, perlu ditingkatkan perlindungan sosial bagi mereka yang rentan terhadap perubahan ekonomi, termasuk kelompok kelas menengah.Â
Program-program bantuan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kenaikan harga dan perubahan ekonomi global.Â
Misalnya, subsidi pangan atau program bantuan tunai langsung dapat menjadi solusi jangka pendek untuk membantu keluarga kelas menengah menghadapi tekanan ekonomi.
Ketiga, pendidikan finansial juga penting untuk diperkuat di kalangan kelas menengah. Meningkatkan literasi keuangan akan membantu mereka dalam mengelola pendapatan dan mengambil keputusan finansial yang lebih bijak dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.Â
Program pendidikan finansial yang mencakup pengelolaan anggaran, perencanaan keuangan, dan investasi dapat memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan keuangan.
Strategi Jangka Panjang untuk Kestabilan Ekonomi
Selain solusi jangka pendek, penting juga untuk mempertimbangkan strategi jangka panjang yang dapat memberikan kestabilan ekonomi bagi kelas menengah.Â
Salah satu pendekatan adalah dengan mendorong diversifikasi sumber pendapatan. Misalnya, mendorong kewirausahaan dan usaha kecil dapat memberikan alternatif pendapatan yang berkelanjutan bagi keluarga kelas menengah.
Selain itu, penting untuk meningkatkan akses ke layanan keuangan yang inklusif. Banyak keluarga kelas menengah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses kredit atau layanan perbankan lainnya.Â
Dengan meningkatkan akses ke layanan keuangan, mereka dapat lebih mudah mengelola pendapatan, menabung, dan berinvestasi untuk masa depan.
Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi.Â
Misalnya, pengurangan pajak bagi usaha kecil dan menengah, serta insentif bagi investasi dalam sektor-sektor strategis dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pentingnya Kerjasama Antar Sektor
Mengatasi tantangan yang dihadapi oleh kelas menengah memerlukan kerjasama antara berbagai sektor, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.Â
Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan berpendapatan tinggi. Sektor swasta juga dapat berperan dalam menyediakan pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Masyarakat sipil juga memiliki peran penting dalam mendukung keluarga kelas menengah melalui program-program komunitas yang menyediakan bantuan langsung, pelatihan keterampilan, dan pendidikan finansial.Â
Dengan kerjasama yang erat antara berbagai sektor, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi kelas menengah.
Kesimpulan
Kelas menengah dan calon kelas menengah di Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks dalam kondisi ekonomi saat ini.Â
Meskipun memiliki pengeluaran yang cukup untuk tidak termasuk dalam kategori miskin, mereka sering kali merasa tertekan oleh biaya hidup yang meningkat dan pendapatan yang stagnan.Â
Dukungan dan kebijakan yang tepat dari pemerintah serta peluang kerja yang lebih baik diharapkan dapat membantu membangun kestabilan ekonomi mereka di masa depan.
Mengambil langkah-langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan kelas menengah, tetapi juga untuk memperkuat fondasi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.Â
Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua lapisan masyaraka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H