Pengeluaran untuk membayar utang atau cicilan juga mengalami peningkatan dari 9,7% menjadi 10,3% dalam periode yang sama.Â
Hal ini menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia harus mengalokasikan bagian yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk memenuhi kewajiban finansial, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk menabung atau berinvestasi di masa depan.
Fenomena "Mantab" dan Dilema Kelas Menengah
Fenomena "Mantab" atau makan tabungan menjadi realitas yang dihadapi banyak keluarga kelas menengah.Â
Ini terjadi ketika pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar cicilan, sehingga mereka harus menggunakan tabungan untuk mengatasi defisit ini.Â
Hal ini menunjukkan dilema unik di mana meskipun bukan termasuk dalam kelas miskin, kelompok ini tetap berjuang untuk mempertahankan standar hidup yang diharapkan.
Fenomena ini menyoroti kerentanan finansial dari kelas menengah. Mereka yang berada dalam posisi ini sering kali menghadapi pilihan yang sulit: apakah menggunakan tabungan untuk menutup pengeluaran sehari-hari atau mencari sumber pendapatan tambahan yang mungkin tidak stabil.Â
Dalam jangka panjang, penggunaan tabungan secara terus-menerus dapat mengikis bantalan keuangan yang mereka miliki, membuat mereka lebih rentan terhadap kejutan ekonomi.
Analisis Mendalam terhadap Penurunan Tabungan dan Peningkatan Utang
Pada tahun-tahun terakhir, terjadi penurunan signifikan dalam tingkat tabungan di kalangan kelas menengah.Â
Survei menunjukkan bahwa pada tahun 2017, sekitar 20,3% dari pendapatan mereka dialokasikan untuk menabung, tetapi angka ini turun menjadi 15,7% pada tahun 2023.Â
Sementara itu, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membayar utang atau cicilan mengalami peningkatan dari 9,7% menjadi 10,3% dalam periode yang sama.