Jika Anda mengunjungi wilayah-wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, atau Yogyakarta, Anda akan merasakan apa yang disebut "slow living."Â
Ini adalah gaya hidup yang sangat kontras dengan kehidupan sibuk dan cepat di kota-kota besar. Orang Jawa hidup sederhana dan rendah hati.Â
Mereka memahami bahwaÂ
kebahagiaan tidak selalu diukur oleh materi atau kemewahan, tetapi oleh ketenangan dan ketentraman hati.
Mereka tidak terobsesi dengan kekayaan atau kedudukan sosial.Â
Prinsip "ojok ke Tungkul, merangka lungguhan kadonyan lan kemareman" mengajarkan mereka untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal duniawi dan menjauhkan diri dari obsesi untuk mencapai status atau kepuasan duniawi yang bersifat sementara.
Dalam budaya Jawa, ada kebiasaan untuk hidup sederhana dan menghargai apa yang sudah dimiliki.Â
"Sugih tanpa bondo" adalah ungkapan yang berarti bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, melainkan memiliki ketenangan dalam kesederhanaan.Â
Mereka tidak terjebak dalam kemewahan yang mencolok. Mereka juga memahami bahwa kemewahan tersebut hanyalah ilusi semata yang tidak akan membawa kebahagiaan sejati.
Ilmu, Kesaktian, dan Ketenangan Hati
Pendekatan mereka terhadap pencapaian dan keberhasilan juga tercermin dalam filosofi "ngelmu iku kalakone kanthi laku."Â
Mereka memahami bahwa pengetahuan dan pengalaman sejati hanya dapat diperoleh melalui praktik dan pengalaman nyata, bukan hanya dari membaca atau logika.Â