Hal ini dapat memenuhi kebutuhan akan penghargaan diri dan status sosial.
Dampak pada Orang Tua dan Generasi Muda
Namun, efek dari tren pembelian barang mewah ini bukan hanya dirasakan oleh mereka yang membelinya, tetapi juga oleh orang tua mereka.Â
Bahkan, istilah "Spine Breaker" digunakan untuk menggambarkan mereka yang hidup mewah namun menimbulkan kesulitan finansial bagi orang tua mereka.Â
Bagi orang tua, tekanan untuk memenuhi keinginan anak-anak mereka untuk barang mewah bisa menjadi beban finansial yang besar.
Data menunjukkan bahwa 56,4% pelajar di Korea Selatan memiliki setidaknya satu barang keluaran Luxury brand.Â
Hal ini menciptakan ekspektasi yang tinggi di kalangan generasi muda untuk memiliki barang mewah sebagai bagian dari gaya hidup mereka.Â
Namun, ini juga dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali dan hutang yang tinggi di kemudian hari.
Belanja Bijak: Prioritaskan Kebutuhan Utama
Pentingnya bijak dalam berbelanja tidak boleh diabaikan. Sebelum Anda terjebak dalam keinginan untuk mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan membeli barang mewah, penting untuk memprioritaskan kebutuhan utama Anda.Â
Utamakan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan sebelum memanjakan diri dengan barang-barang mahal.Â
Setelah semua kebutuhan primer terpenuhi, baru Anda bisa mempertimbangkan untuk berbelanja barang mewah sebagai bentuk hadiah atau kebahagiaan pribadi.
Investasi dalam Barang Mewah: Pertimbangan yang Penting
Namun, jika Anda memutuskan untuk berinvestasi dalam barang mewah, ingatlah bahwa ini juga merupakan keputusan finansial yang berisiko.Â